Masjid Agung Surakarta, Simbol Sejarah dan Arsitektur Islam di Jawa Tengah

5 days ago 7

Surakarta (pilar.id) – Masjid Agung Surakarta, yang terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, merupakan salah satu masjid bersejarah dengan arsitektur yang memukau.

Dikutip dari buku Masjid Kuno Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999, sebagai masjid keraton, lokasinya strategis di dekat alun-alun kota, berbatasan dengan pemukiman penduduk Kampung Kauman di sebelah utara, Pasar Klewer di selatan, alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta di timur, dan pemukiman penduduk di barat.

Dengan luas keseluruhan mencapai 19.180 meter persegi, kompleks Masjid Agung Surakarta dikelilingi pagar dan terbagi menjadi beberapa bagian utama, seperti serambi, ruang utama, pawestren, serta bangunan pendukung lainnya.

Serambi: Pintu Masuk yang Megah

Serambi masjid berukuran 20,80 x 52,80 meter, dilengkapi lima anak tangga dan parit selebar 40 cm. Ruangan ini memiliki 40 tiang kayu dengan umpak berbahan pualam merah tua. Di serambi, terdapat dua bedug dan satu kentongan.

Bedug Kyai Wahyu Tenggoro, dengan panjang 161 cm dan diameter 122 cm, menjadi salah satu ikon masjid. Atap serambi berbentuk limasan dari kayu sirap, menambah kesan klasik pada bangunan ini.

Ruang Utama: Sentral Ibadah

Ruang utama masjid berukuran 33 x 33 meter, dengan tujuh pintu masuk yang dihiasi ukiran motif ikal dan sulur-sulur.

Dindingnya dilapisi tegel porselin putih, sementara lantainya terbuat dari ubin teraso. Ruangan ini ditopang empat sakaguru (tiang utama) dan 12 sakarawa (tiang tambahan). Atap tumpang tiga dengan mustaka berbentuk gada menjadi ciri khas arsitektur Jawa-Islam.

Pawestren: Ruang Khusus Wanita

Pawestren, ruang shalat khusus wanita, terletak di selatan ruang utama dengan ukuran 7,60 x 28 meter. Ruangan ini dilengkapi tempat wudhu dan kamar mandi khusus wanita di emperan seluas 4,40 meter.

Bangunan Pendukung Lainnya

Masjid Agung Surakarta juga memiliki beberapa bangunan pendukung, seperti:

  • Menara Adzan: Berarsitektur mirip Qutub Minar di New Delhi, India.
  • Pagongan: Tempat menyimpan gamelan keraton untuk upacara Sekaten.
  • Makam: Terdapat tujuh makam, termasuk makam Gusti Bandoro Raden Ayo Suryodiningrat.
  • Tugu Jam Istiwa: Alat penentu waktu shalat berdasarkan posisi matahari.
  • Tempat Wudhu: Terdiri dari tiga bangunan terpisah untuk laki-laki dan wanita.
  • Kantor Pengurus dan Poliklinik: Bekas bangsal parkir kereta dan istal kuda Sunan Pakubuwono.

Sejarah Masjid Agung Surakarta

Masjid Agung Surakarta dibangun pada awal abad XVIII oleh Sunan Pakubuwono III, menyusul pemindahan ibukota Mataram dari Kartasura ke Surakarta.

Prasasti di dinding masjid mencatat tahun pendirian sakaguru pada 1757 M. Meski belum pernah dipugar secara besar-besaran, masjid ini telah mengalami beberapa perbaikan, seperti penggantian mustaka pada 1851 M dan perluasan serambi pada 1855 M.

Hingga kini, Masjid Agung Surakarta tetap kokoh berdiri sebagai simbol religi dan budaya, menarik minat wisatawan dan peneliti untuk mengeksplorasi keindahan arsitektur dan nilai sejarahnya. (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |