Ngkaji Pendidikan GSM, Ketidakberpikiran Sumber Masalah atas Situasi Bangsa

2 days ago 14

loading...

GSM menggelar kegiatan refleksi pendidikan bertajuk Ngkaji Pendidikan di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (30/8/2025). Acara dihadiri 650 peserta dari berbagai daerah di Indonesia ini. Foto/Dok. SindoNews

TANGSEL - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) kembali menggelar kegiatan refleksi pendidikan bertajuk Ngkaji Pendidikan di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (30/8/2025). Acara dihadiri 650 peserta dari berbagai daerah di Indonesia ini.

Kegiatan ini mengajak para guru merenungkan arah pendidikan di tengah derasnya arus digital dan kecerdasan buatan (AI) yang kian mendominasi kehidupan. Sekaligus mencari jalan agar pendidikan Indonesia tetap memerdekakan pikiran dan menjaga masa depan bangsa.

Isu utama yang menjadi sorotan ialah bahaya ketidakberpikiran, yaitu sebuah kondisi ketika manusia terjebak dalam rutinitas tanpa jeda untuk refleksi, sekadar mengikuti alur birokrasi dan algoritma digital. Fenomena ini kian berbahaya karena berpotensi menumpulkan nalar kritis, mengikis imajinasi moral, dan menjauhkan manusia dari kesejatian dirinya. Baca juga: Pendidikan Indonesia di Titik Nadir? Ini Seruan Kritis GSM pada Hardiknas 2025

“Waktu kita banyak tersita oleh algoritma, oleh rutinitas administratif, tetapi justru sedikit sekali untuk perkara yang penting, yakni, berpikir, berdialog dengan nurani, dan memelihara imajinasi,” kata Pendiri GSM Muhammad Nur Rizal.

Fenomena ketidakberpikiran ini bukan hanya terjadi di sekolah, tetapi juga tampak dalam kehidupan sosial dan politik. Di ranah publik, misalnya, kita kerap dibuat geram oleh perilaku wakil rakyat . Mulai dari mengusulkan kenaikan tunjangan dan pajak di tengah sulitnya ekonomi rakyat, korupsi yang makin merajalela, komentar serta sikap arogan yang menunjukkan kemewahan atau kekuasaan kelas atas sampai menyakiti perasaan rakyat di bawah, hingga aksi aparat yang justru melukai rasa keadilan dengan tindakan represif sampai menimbulkan kematian.

Di sisi lain, kesenjangan sosial-ekonomi masih menganga, yaitu lapangan kerja yang terbatas, kenaikan harga kebutuhan pokok, dan akses pendidikan yang belum merata menjadi tanda bahwa bangsa ini menghadapi tantangan serius.

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |