Masjid Jamik Ismailiyah Bedagai, Berdiri Sejak 1884 dengan Arsitektur Khas Melayu

4 days ago 10

Serdang Bedagai (pilar.id) – Masjid Jamik Ismailiyah, yang berlokasi di Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), merupakan salah satu warisan bersejarah Islam di Sumatera Utara.

Masjid ini berdiri sejak tahun 1884 dan masih digunakan hingga kini, dikelola oleh keturunan Sultan Bedagai.

Terletak di tepi jalan raya Desa Tanjung Beringin, masjid ini berbatasan dengan Sungai Bedagai di utara, jalan raya di timur, bekas istana Kerajaan Negeri Bedagai di selatan, dan kebun rakyat di barat.

Meskipun istana kini hanya tersisa struktur bata merah dan tanah lapang yang luas, kompleks masjid tetap terjaga dengan baik, termasuk area makam keluarga Sultan Bedagai yang berada di sebelah selatan.

Arsitektur dan Desain Masjid

Masjid Jamik Ismailiyah berdiri di atas tanah seluas 900 meter persegi, dengan bangunan utama berukuran 24 x 20 meter dan tinggi sekitar 30 meter.

Bangunan ini dikelilingi pagar tembok dan besi dengan gapura khas yang memiliki atap berbentuk kerucut bertingkat dua.

Masjid ini memiliki serambi di keempat sisinya—timur, utara, selatan, dan barat—dengan pagar setinggi satu meter dan 22 tiang penyangga.

Serambi bagian belakang memiliki ruangan tertutup dengan pintu di depan dan belakang, sementara serambi barat memiliki tonjolan khusus untuk mihrab. Dinding serambi dihiasi dengan motif sulur-suluran, bunga, serta kaligrafi Arab.

Ruang Utama dan Interior

Ruang utama masjid yang digunakan untuk shalat memiliki ukuran 21 x 17 meter, dengan lantai keramik dan dinding bercat putih.

Dindingnya dihiasi kaligrafi serta motif khas Melayu yang disebut roda sula. Pintu dan jendela berbentuk lengkungan dengan ornamen bunga-bungaan, sementara empat tiang kayu besi berwarna putih menyangga atap.

Mihrab yang berada di sisi barat memiliki ukuran 90 x 140 x 213 cm, berbentuk lengkungan setengah lingkaran dengan hiasan kaligrafi. Mimbar yang terletak di sebelah kiri mihrab terbuat dari kayu berukir, dengan desain bertingkat dan hiasan khas Melayu.

Atap dan Menara

Masjid ini memiliki atap bertingkat tiga, dengan dua lapisan bawah terbuat dari seng dan lapisan paling atas berbentuk kubah berwarna putih. Terdapat ventilasi di antara setiap tingkatan atap.

Menara Masjid Jamik IsmailiyahMenara Masjid Jamik Ismailiyah

Menara masjid setinggi 50 meter terletak di sudut timur laut halaman masjid. Menara ini terdiri dari lima tingkat yang semakin ke atas semakin mengecil, dengan berbagai ornamen seperti kaligrafi, bentuk geometris, dan pelipit melengkung.

Di bagian depan sebelah kiri masjid terdapat bangunan tempat wudhu dengan atap berbentuk tumpang, ditopang oleh empat pilar. Ornamen pucuk rebung yang melambangkan budaya Melayu menghiasi bagian atap bangunan ini.

Sementara itu, di halaman sebelah selatan dan barat, terdapat kompleks makam keluarga Sultan Bedagai.

Makam Sultan Bedagai Tengku Ismail Sulung Laut beserta dua anaknya, Tengku Rahmat dan Tengku Harun al-Rasyid, berada dalam satu pagar tembok dan besi berukuran 6 x 3 meter. Nisan dan jirat makam ini terbuat dari marmer yang diimpor dari Tiongkok.

Sejarah dan Pemugaran

Masjid Jamik Ismailiyah merupakan bagian dari Kesultanan Bedagai yang berdiri sejak 1884. Di sebelah selatan masjid, dahulu terdapat istana kerajaan yang dibangun pada 1898, namun kini hanya tersisa struktur bata merah.

Masjid ini didirikan atas perintah Tengku Ismail, leluhur Tengku Ostman Raja dari Kerajaan Deli yang kini bersinggasana di Medan.

Sebuah catatan sejarah menyebut, kala itu, kerajaan yang dipimpin Tengku Ismail gelar Pangeran Sulung Laut ini masih bernama Negeri Padang Bedagai. Wilayah kekuasaan meliputi Tanjung Beringin, Sei Rampah, Teluk Mengkudu, Dolok Masihul dan Bandar Khalifah.

Data Masjid Kuno Indonesia yang dirilis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999, masjid ini telah mengalami beberapa pemugaran. Pada 1937, atap genteng diganti dengan seng dan posisinya ditinggikan melebihi istana. Kubah masjid juga diperbesar.

Kemudian, pada 1982, menara dibangun dan lantai tegel asli diganti dengan keramik. Bentuk pagar serambi masjid juga mengalami perubahan, namun beberapa bagian asli masih dapat ditemukan, seperti tembok belakang yang memiliki bentuk bulatan di luar mihrab serta dua pintu di sisi kanan dan kiri mihrab.

Dengan sejarah panjang dan arsitektur khas Melayu, Masjid Jamik Ismailiyah tetap menjadi simbol kebesaran Islam dan budaya Kesultanan Bedagai di Sumatera Utara.
Hingga kini, masjid ini masih aktif digunakan untuk ibadah dan berbagai kegiatan keagamaan masyarakat sekitar. (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |