Masjid Tua Wapauwe: Berdiri tanpa Paku dan Pasak Kayu, Setia Menjaga Sejarah Islam di Maluku

1 week ago 9

Ambon (pilar.id) – Masjid Tua Wapauwe, masjid tertua di Maluku yang dibangun pada tahun 1414, hingga kini masih kokoh berdiri sebagai bukti sejarah penyebaran Islam di wilayah tersebut.

Terletak di Negeri Kaitetu, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menyimpan berbagai peninggalan bersejarah, termasuk Mushaf Alquran tertua di Indonesia.

Masjid ini awalnya bernama Masjid Wawane, dibangun di Lereng Gunung Wawane oleh Perdana Jamilu, keturunan Kesultanan Jailolo dari Moloku Kie Raha (Maluku Utara).

Kedatangan Perdana Jamilu ke Tanah Hitu sekitar tahun 1400 M bertujuan menyebarkan ajaran Islam di lima negeri sekitar pegunungan Wawane, yaitu Assen, Wawane, Atetu, Tehala, dan Nukuhaly.

Pada tahun 1614, masjid ini dipindahkan ke Kampung Tehala akibat gangguan dari Belanda yang mulai menguasai wilayah tersebut.

Pemindahan ini dilakukan untuk melindungi masyarakat yang telah memeluk Islam. Nama Wapauwe sendiri berasal dari kata Wapa, yang berarti pohon mangga berabu, karena masjid ini dikelilingi oleh pepohonan mangga hutan.

Peninggalan Bersejarah

Masjid Wapauwe menyimpan dua Mushaf Alquran tertua di Indonesia. Pertama, Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang selesai ditulis tangan pada tahun 1550.

Kedua, Mushaf Nur Cahya yang ditulis pada tahun 1590. Kedua mushaf ini pernah dipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta pada tahun 1991 dan 1995.

Selain Alquran, terdapat juga Kitab Barzanzi (syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW), naskah khotbah, kalender Islam tahun 1407 M, dan manuskrip Islam lainnya yang telah berusia ratusan tahun.

Semua peninggalan ini dirawat oleh Abdul Rachim Hatuwe, keturunan ke-12 Imam Muhammad Arikulapessy, di rumah pusaka Hatuwe yang berjarak hanya 50 meter dari masjid.

Arsitektur Unik dan Renovasi

Masjid Wapauwe memiliki arsitektur yang sederhana namun unik. Bangunan induknya berukuran 10 x 10 meter, dengan serambi berukuran 6,35 x 4,75 meter.

Konstruksinya menggunakan bahan alami seperti gaba-gaba (pelepah sagu kering) dan atap daun rumbia. Uniknya, bangunan ini didirikan tanpa menggunakan paku atau pasak kayu.

Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, bentuk asli masjid tetap dipertahankan. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1464 oleh pendirinya, Perdana Jamilu.

Renovasi besar terakhir dilakukan pada Maret 2008, dengan mengganti atap daun rumbia yang baru.

Legenda dan Keunikan

Menurut cerita rakyat setempat, masjid ini pernah berpindah secara gaib dari dataran Tehala ke pemukiman penduduk di tanah Teon Samaiha.

Masyarakat percaya bahwa perpindahan ini terjadi dalam semalam, lengkap dengan segala kelengkapannya.

Untuk mencapai Masjid Tua Wapauwe, pengunjung dapat menggunakan transportasi darat dari Kota Ambon. Perjalanan menuju Negeri Kaitetu memakan waktu sekitar satu jam.

Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam pegunungan dan pesisir pantai yang menakjubkan.

Dari simpang empat Hitu, perjalanan dilanjutkan ke arah barat menyusuri pesisir Utara Jazirah Hitu. Setelah menempuh 12 kilometer, pengunjung akan tiba di Negeri Kaitetu, lokasi Masjid Wapauwe.

Masjid Tua Wapauwe tidak hanya menjadi simbol keislaman di Maluku, tetapi juga sebagai bukti sejarah perjuangan masyarakat dalam mempertahankan agama dan budaya.

Dengan arsitektur unik dan peninggalan bersejarahnya, masjid ini layak dikunjungi sebagai destinasi wisata religi dan budaya. (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |