Jakarta (pilar.id) – Masjid Keramat Luar Batang, yang terletak di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, dan telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1999.
Masjid ini dibangun oleh Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus, ulama asal Hadramaut, Yaman, yang tiba di Batavia pada 1736. Ulama muda ini datang bersama asistennya, Habib Abdul Kadir, lalu berdakwah dan mengajar mengaji di pesisir utara Batavia.
Nama Habib Husein sendiri dikenal sosok yang tegas dan berani menentang kehadiran Belanda. Gara-gara sikapnya ini ia sempat dipenjara.
Pada 1739, Habib Husein membangun sebuah langgar (surau) berukuran 6 meter persegi di Kampung Baru. Langgar ini kemudian berkembang menjadi masjid setelah mendapat hibah lahan dari Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff. Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 5.780 meter persegi dengan bangunan seluas 3.280 meter persegi.
Arsitektur dan Renovasi
Masjid Luar Batang telah mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama dilakukan pada 1827 di masa Gubernur Jenderal Du Bus de Gisugnies, di mana bangunan kayu diganti dengan tembok bata dan dilengkapi kubah bawang.
Pada 1991, Gubernur Wiyogo Atmodarminto merenovasi masjid dengan mengganti pilar kayu menjadi beton dan melapisi dinding serta lantai dengan marmer.
Renovasi terakhir dilakukan menjelang Ramadan 2021, dengan penambahan sistem pelantang suara modern, 50 unit CCTV, dan kanopi pelindung di sayap kanan masjid. Menara setinggi 57 meter juga dibangun pada 2008, menggantikan menara kecil berusia lebih dari 150 tahun.
Masjid Luar Batang terdiri dari dua bangunan utama, yaitu bangunan lama dan bangunan baru, yang dikelilingi oleh tembok. Pintu gerbang utama terletak di sisi timur dan terbuat dari beton dengan lengkungan besar serta panel berkaligrafi tauhid.
Sebelum memasuki ruang utama, terdapat pelataran dengan tempat wudu berkeran delapan di sisi kanan. Di pelataran ini juga terdapat sumur tua dengan diameter 80 cm.
Di sisi kiri pelataran, terdapat ruangan pawestren, yakni tempat salat khusus untuk jamaah wanita. Berdekatan dengan area ini, terdapat ruang yang kini digunakan sebagai kantor Yayasan Masjid.
Memasuki area serambi, terdapat delapan tiang balok yang menyangga langit-langit. Ruang utama masjid berbentuk persegi empat dan ditopang oleh tiang penyangga polos.
Bangunan masjid baru yang terletak di sebelah barat memiliki atap limasan dan terbuat dari tembok. Masjid ini menghadap ke arah selatan, dengan menara beton berbentuk bulat yang semakin kecil ke atas. Bagian atas menara memiliki jendela kaca berkaligrafi serta atap berbentuk kubah beton dengan hiasan bola-bola di puncaknya.
Di dalam ruang utama masjid baru, terdapat mihrab, mimbar, serta delapan tiang hiasan setinggi 4 meter. Bagian dalamnya dilapisi marmer krem, sementara lantainya menggunakan keramik putih.
Di dalam masjid, terdapat dua makam yang menjadi daya tarik utama, yaitu makam Habib Husein dan Habib Abdul Kadir.
Nama Luar Batang sendiri berasal dari kisah unik saat jasad Habib Husein menghilang dari keranda (kurung batang) saat akan dimakamkan di Tanah Abang. Peristiwa ini terjadi tiga kali, hingga akhirnya jemaah memutuskan untuk memakamkannya di tempat ia berdakwah.
Daya Tarik dan Pengunjung
Sebelum pandemi, Masjid Luar Batang dikunjungi lebih dari 1.000 orang setiap hari, baik untuk beribadah maupun berziarah. Peziarah tidak hanya datang dari Jakarta, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia serta negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Timur Tengah.
Masjid Luar Batang tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu perkembangan Islam di Batavia. Bangunan tua seperti gapura pintu gerbang dan ukiran pintu serambi masih dipertahankan, menunjukkan kekayaan sejarah yang dimilikinya.
Dengan segala keunikan dan sejarahnya, Masjid Luar Batang tetap menjadi destinasi spiritual dan wisata sejarah yang penting di Jakarta. (usm/hdl)