Diabetes, Mother of Diseases: Ancaman Komplikasi Serius dari Ujung Rambut hingga Ujung Kaki

2 days ago 21

Jakarta (pilar.id) – Kasus diabetes di Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan, dengan penyerangan yang kini semakin banyak terjadi pada kelompok usia muda. Menyikapi hal ini, dr. Deasy Natalia Adriana, Sp.PD dari Primaya Hospital PGI Cikini menekankan pentingnya deteksi dini dan penerapan gaya hidup sehat sebagai benteng utama mencegah komplikasi kerusakan multi-organ.

Edukasi tersebut kembali ditegaskan dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia, yang menyerukan kewaspadaan kolektif terhadap ancaman kesehatan global ini.

Ancaman Global yang Kian Membesar

Diabetes melampaui sekadar gangguan kadar gula darah tinggi. Kondisi ini dikenal sebagai “mother of diseases” atau induk dari banyak penyakit, yang dapat memicu komplikasi serius seperti stroke, kebutaan, penyakit jantung, gagal ginjal, hingga luka kronis yang berisiko amputasi.

Secara global, proyeksi pada tahun 2050 memperkirakan 1 dari 8 orang dewasa, atau sekitar 853 juta jiwa, akan hidup dengan diabetes. Angka ini mencerminkan peningkatan 46% dari kondisi saat ini. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan prevalensi diabetes tinggi.

Lebih dari 20 juta penduduk Indonesia hidup dengan diabetes melitus, dan tanpa intervensi efektif, jumlah ini diproyeksikan melonjak menjadi 28,6 juta pada 2045.

Data tahun 2022 mencatat 41.814 kasus diabetes tipe 1 di Indonesia, dengan 13.311 di antaranya menimpa populasi di bawah usia 20 tahun. Sementara itu, laporan International Diabetes Federation (IDF) 2025 menyebutkan sekitar 90% penderita merupakan diabetes tipe 2, yang sangat erat kaitannya dengan pola hidup tidak sehat.

“Diabetes bukan hanya soal gula, tapi penyakit yang menyerang pembuluh darah di seluruh tubuh. Kerusakan inilah yang memicu komplikasi di berbagai organ,” jelas dr. Deasy Natalia Adriana, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital PGI Cikini.

Memahami Diabetes dan Gejala Awalnya

Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat resistensi insulin atau gangguan fungsi pankreas. Hormon insulin memainkan peran krusial dalam mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, serta menjaga kestabilan gula darah.

Penyakit ini tidak pandang bulu dan dapat menyerang semua kelompok usia, dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa, terutama mereka yang memiliki faktor genetik.

Masyarakat dapat mewaspadai gejala awal klasik diabetes yang dikenal dengan singkatan 3P:

  • Poliuria: Sering buang air kecil.
  • Polidipsi: Sering merasa haus.
  • Polifagi: Sering merasa lapar.

Gejala-gejala ini muncul sebagai dampak dari ketidakmampuan tubuh menggunakan glukosa secara optimal akibat kadar gula darah yang tinggi.

Fenomena Meningkatnya Kasus pada Usia Muda

“Saya pernah menangani pasien berusia 27 tahun yang sudah mengidap diabetes tipe 2. Hal ini menunjukkan bahwa pola hidup tidak sehat seperti kurang aktivitas, konsumsi tinggi gula dan lemak, serta stres, semakin mempercepat munculnya DMT2 pada usia muda,” ungkap dr. Deasy.

Menurutnya, kondisi ini perlu menjadi perhatian serius karena berpotensi menyebabkan komplikasi di usia produktif.

Pada kelompok muda, diabetes dapat muncul dalam berbagai tipe, mulai dari Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1) yang disebabkan faktor autoimun, Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) akibat gaya hidup dan genetik, hingga diabetes tipe monogenik seperti MODY.

Faktor risiko diabetes terbagi menjadi dua: yang tidak dapat diubah (usia dan keturunan) dan yang dapat dikendalikan (berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, hipertensi, dan aktivitas fisik). Karena itu, edukasi dan deteksi dini menjadi langkah krusial.

Skrining dan Langkah Pengendalian

“Diabetes memang tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Maka itu terdapat anjuran skrining dimana gejala dapat dideteksi sejak dini. Di Primaya Hospital, skrining dilakukan lewat pemeriksaan penyakit dalam, laboratorium, dan edukasi gaya hidup sehat untuk mencegah serta mengendalikan komplikasi jangka panjang,” tambah dr. Deasy.

Meski tidak selalu dapat dicegah sepenuhnya, risikonya dapat ditekan dengan menerapkan pola hidup sehat. Langkah-langkahnya meliputi:

  • Menjaga pola makan bergizi seimbang.
  • Mengontrol berat badan ideal.
  • Rutin berolahraga minimal 150 menit per minggu.
  • Menghindari rokok dan konsumsi alkohol.
  • Rutin memantau kadar gula darah.

“Menjaga kesehatan bukan hanya tentang berobat saat sakit, tetapi menjaga keseimbangan tubuh melalui pola hidup sehat setiap hari sebagai investasi jangka panjang,” tutup dr. Deasy. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |