Jakarta (pilar.id) – Menyiapkan dana pensiun bukan sekadar menyisihkan uang setiap bulan. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan strategi matang, disiplin, dan pemahaman atas risiko finansial.
Eveline Haumahu, Chief Marketing Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia mengatakan, sayangnya, temuan Asia Care Survey 2025 menunjukkan banyak masyarakat Indonesia, dari usia muda hingga menjelang pensiun, masih melakukan kesalahan mendasar dalam mengelola aset untuk masa tua.
“Kesalahan-kesalahan ini bisa berujung fatal—membuat seseorang hidup tidak nyaman justru ketika tubuh dan produktivitas tidak lagi optimal. Memahami akar masalah menjadi langkah penting untuk menghindari masa pensiun yang berisiko,” katanya. Lebih jauh, ia pun memaparkan beberapa hal.
Pensiun dan Strategi Investasi 3 Babak
Berbeda dari tujuan keuangan jangka pendek, pensiun merupakan tujuan jangka panjang yang idealnya memiliki fase persiapan bertahun-tahun. Pendekatan yang disarankan adalah strategi 3 babak investasi, yaitu:
1. Babak Akumulasi (Usia Produktif)
Fokus utama pada fase ini adalah menumbuhkan modal. Instrumen agresif seperti saham, reksa dana saham, emas, atau properti dapat dimanfaatkan karena potensi imbal hasilnya tinggi. Risiko fluktuasi relatif dapat ditoleransi karena waktu investasi masih panjang.
2. Babak Preservasi (3–5 Tahun Menjelang Pensiun)
Saat mendekati usia pensiun, strategi bergeser ke mengurangi risiko. Aset wajib dijaga agar nilai yang sudah dikumpulkan tidak tergerus. Instrumen seperti obligasi atau reksa dana pendapatan tetap menjadi pilihan lebih aman.
3. Babak Realisasi (Masa Pensiun)
Pada fase ini, tujuan utama adalah likuiditas dan stabilitas. Aset yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup harus mudah dicairkan dan minim fluktuasi. Instrumen seperti deposito atau reksa dana pasar uang menjadi opsi ideal.
Epic Fail #1: Generasi Muda Terlalu Konservatif
Survei menunjukkan lebih dari 50% responden usia produktif menempatkan aset mereka dalam bentuk tunai, seperti tabungan. Instrumen ini sangat likuid tetapi hampir tidak memberikan pertumbuhan nilai. Pola pikir “main aman” menyebabkan hilangnya potensi imbal hasil di masa emas akumulasi, sehingga dana pensiun bisa tidak optimal ketika dibutuhkan.
Epic Fail #2: Usia Senior Jadi Tuan Tanah
Sebanyak 38% responden usia 55+ memprioritaskan properti sebagai aset utama. Meski kerap dianggap sebagai investasi aman, properti memiliki likuiditas rendah. Pada usia pensiun, kemampuan mencairkan aset dengan cepat sangat krusial. Di tahap ini, mengejar pertumbuhan aset bukan lagi prioritas—yang dibutuhkan justru kestabilan dan kemudahan akses.
Epic Fail #3: Tidak Siap Menghadapi Risiko Keuangan
Kesalahan besar lainnya adalah tidak menyiapkan perlindungan finansial. Tanpa asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan dana darurat, kejadian tak terduga seperti sakit atau kehilangan penghasilan bisa menghancurkan rencana pensiun. Tameng keuangan ini seharusnya diprioritaskan sebelum merencanakan tujuan finansial lainnya.
Cara Menghindari Kesalahan Pengelolaan Dana Pensiun
Untuk menyiapkan pensiun yang aman dan sejahtera, masyarakat perlu:
- Memahami profil risiko pribadi
- Meningkatkan literasi keuangan
- Menggunakan strategi investasi bertahap sesuai fase usia
- Mulai sedini mungkin, karena waktu adalah aset terbesar
- Menghindari menunda keputusan keuangan penting
“Waktu dapat menjadi sahabat maupun musuh. Semakin cepat kita memulai, semakin besar peluang menikmati masa tua dengan tenang,” tutupnya. (ren)

2 days ago
20

















































