80 Tahun Lapangan Minas: Sempat Diragukan, Kini Jadi Andalan Energi Indonesia

1 month ago 68

Jakarta (pilar.id) – Lapangan Minas, salah satu ladang minyak tertua di Indonesia, merayakan perjalanan panjang 80 tahun sebagai sumber energi vital bagi negeri.

Berlokasi di Wilayah Kerja Rokan, Provinsi Riau, Lapangan Minas menjadi saksi keteguhan para geolog yang awalnya menghadapi banyak keraguan.

Kisahnya dimulai pada 1924, ketika tim geolog asal Amerika Serikat tiba di Hindia Belanda. Saat itu, mereka mendirikan perusahaan bernama Netherlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pada 1930 untuk menjelajahi potensi minyak di Sumatra Tengah, yang saat itu dianggap mustahil mengandung hidrokarbon oleh para ahli Belanda.

Namun, pada 1938, pengeboran di sekitar 3.000 sumur berhasil mengungkap cekungan minyak besar di area Minas. Pengeboran awal dimulai pada 1941, tetapi tertunda akibat pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II.

Akhirnya, pada 1943, Jepang menemukan sumur Minas #1 setelah pengeboran hingga kedalaman 700 meter. Produksi komersial resmi dimulai pada 1954.

Kontribusi Besar Lapangan Minas

Dengan luas 67,28 kilometer persegi, Lapangan Minas telah menghasilkan lebih dari 2,75 miliar barel minyak mentah sejak pertama kali ditemukan. Minyak yang dihasilkan dikenal sebagai Sumatran Light Crude (LSC), minyak ringan berkualitas tinggi dengan kandungan sulfur rendah.

Saat ini, Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus menjaga produktivitas Lapangan Minas meski menghadapi tantangan penurunan produksi alamiah. Berkat inovasi teknologi, laju penurunan produksi tahunan berhasil ditekan dari rata-rata 11 persen menjadi hanya 6 persen.

PHR mengandalkan teknologi terkini seperti Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) untuk meningkatkan produksi minyak. Program injeksi pertama CEOR Minas Stage-1 direncanakan pada Desember 2025, dengan potensi tambahan produksi puncak mencapai lebih dari 2.000 barel minyak per hari.

Inovasi lain, seperti Advanced Reservoir Management berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI), memungkinkan evaluasi pada 150 sumur lama tanpa perlu mengebor sumur baru. Teknologi ini menciptakan nilai tambah sebesar Rp 200 miliar.

“Para perwira PHR membuktikan bahwa teknologi dan pola pikir baru dapat mengungkap cadangan minyak dari lapangan tua,” ujar Andre Wijanarko, Executive Vice President Upstream Business.

Pilar Energi Nasional

Lapangan Minas bukan satu-satunya ladang minyak andalan di WK Rokan. Beberapa lapangan lain seperti Duri, Bangko, Bekasap, dan Petapahan turut menyumbang produksi harian PHR yang mencapai 160 ribu barel minyak per hari.

Secara keseluruhan, lebih dari 11 miliar barel minyak mentah telah diproduksi dari lapangan-lapangan ini.

Dengan sejarah panjang, inovasi teknologi, dan komitmen yang kuat, Lapangan Minas tetap menjadi andalan untuk menjaga ketahanan energi Indonesia di masa mendatang. (hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |