Jakarta (pilar.id) – SCG, pemimpin bisnis regional dengan beragam unit bisnis, mendorong terintegrasinya kegiatan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan dalam mendukung pertumbuhan hijau atau Green Growth.
Hal ini disampaikan melalui penyelenggaraan ESG SYMPOSIUM 2024 dengan tema Inclusive Green Growth for Golden Indonesia di The St. Regis Jakarta, pada 19 November 2024 lalu.
Sebagai bagian dari komitmennya, SCG menyadari bahwa ketahanan dan stabilitas lingkungan adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan mencapai target Net Zero Carbon Emission 2060. SCG mendorong kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri, akademisi, hingga masyarakat, untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan seperti deforestasi, pencemaran, dan krisis iklim.
Thammasak Sethaudom, Presiden Direktur dan CEO SCG, menekankan bahwa keberlanjutan merupakan esensi dari bisnis SCG, bukan hanya tujuan akhir. SCG terus berinovasi dalam menciptakan produk hijau dan membangun infrastruktur berkelanjutan di Indonesia untuk mendukung pembangunan nasional. “Kami siap menjadi mitra Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ujar Thammasak.
Vivi Yulaswati, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas, menambahkan bahwa pemerintah Indonesia mendukung ekonomi hijau untuk menurunkan emisi hingga 51,5 persen pada 2045, sambil menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi. Kolaborasi lintas sektor, terutama dalam mengintegrasikan prinsip ESG, diharapkan dapat mempercepat transisi ke ekonomi hijau.
Pada kesempatan tersebut, SCG memperkenalkan Low Carbon Cement atau semen rendah karbon terbaru yang akan dipasarkan di Indonesia dengan merek “Bezt Eco Friendly Cement”. Semen ini diproduksi menggunakan energi terbarukan dan bahan baku daur ulang, mengurangi emisi CO2 hingga 50 kilogram per ton. Produk ini juga mendapatkan skor 95 persen pada sertifikasi Green Label dan lebih unggul dalam hal ketahanan dibandingkan produk sejenis.
Warit Jintanawan, Country Director SCG Indonesia, juga menyoroti pentingnya transisi energi dari fosil ke energi terbarukan sebagai bagian dari penerapan ESG yang signifikan dalam bisnis SCG di Indonesia. “Transisi energi akan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, mengurangi risiko perubahan iklim, dan membuka peluang ekonomi,” jelas Warit.
Peramas Wajananat, Presiden Direktur SCG Indonesia, menjelaskan bahwa SCG telah mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan di pabrik Semen Jawa, termasuk mengolah limbah B3 dan non-B3 untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. SCG juga mengoperasikan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) dan Carbon Capture untuk mengurangi emisi karbon.
SCG juga meluncurkan SCG Cleanergy di Indonesia sebagai solusi terpadu untuk transisi energi terbarukan, termasuk menawarkan instalasi panel surya bagi industri lokal.
Secara global, SCG meraih skor tertinggi dalam kategori Bahan Bangunan dari Dow Jones Sustainability Indices (DJSI). Prestasi ini menunjukkan komitmen SCG terhadap praktik keberlanjutan yang mencakup Net Zero, produk hijau, dan kolaborasi industri hijau. (usm/hdl)