Wonder Woman (2017), Bangkitnya Pengaruh Feminisme dalam Film Superhero dan Industri Sinema

1 month ago 58

Jakarta (pilar.id) – Film Wonder Woman (2017), yang disutradarai oleh Patty Jenkins, dianggap sebagai tonggak penting dalam perfilman superhero, terutama dalam kaitannya dengan representasi perempuan. Dibintangi oleh Gal Gadot sebagai Diana Prince atau Wonder Woman, film ini tidak hanya meraih kesuksesan komersial, tetapi juga menjadi simbol semangat feminisme modern.

Film ini berkisah tentang Diana Prince, sosok asli Wonder Woman, yang digambarkan sebagai karakter yang kuat secara fisik, cerdas, dan empatik. Berbeda dengan banyak film superhero sebelumnya yang kerap menempatkan perempuan sebagai karakter pendukung, Wonder Woman adalah tokoh utama yang memimpin cerita.

Melengkapi imaji bahwa keberanian tidak terbatas pada gender, Wonder Woman juga disutradarai perempuan. Ya, Patty Jenkins adalah salah satu sutradara perempuan pertama yang mengarahkan film blockbuster superhero.

Keberhasilannya mengarahkan Wonder Woman, baik dari segi kritik maupun box office, mematahkan anggapan bahwa film superhero hanya bisa sukses jika disutradarai oleh pria. Hal ini membuka jalan bagi lebih banyak keterlibatan perempuan dalam industri film.

Wonder Woman diterima dengan baik oleh penonton perempuan yang merasa terwakili oleh karakter Diana Prince. Sosoknya yang mandiri, berprinsip, dan percaya pada nilai-nilai seperti keadilan dan cinta memberikan inspirasi, khususnya bagi generasi muda. Film ini juga membangun semangat bahwa perempuan dapat menjadi pahlawan dalam kehidupan nyata.

Meskipun tema feminisme kuat, film ini juga menggambarkan hubungan yang setara antara Diana dan Steve Trevor (diperankan oleh Chris Pine). Diana tidak mendominasi, tetapi juga tidak tunduk. Hubungan ini menyoroti bahwa kesetaraan gender dapat tercapai melalui kerja sama dan saling menghormati.

Dampak pada Industri Film

Keberhasilan Wonder Woman membuktikan bahwa film dengan tokoh utama perempuan dan perspektif perempuan dapat meraih kesuksesan besar. Film ini menjadi katalis bagi proyek-proyek lain yang menempatkan perempuan di pusat cerita, seperti Captain Marvel (2019) dan serial televisi seperti The Witcher yang mengusung karakter perempuan kuat.

Hal ini tentu terjadi bukan tanpa alasan. Karena faktanya, Wonder Woman (2017) sukses meraih pendapatan yang sangat signifikan dan menjadi salah satu film superhero paling sukses secara komersial. Berikut adalah rincian pendapatan dan pencapaiannya.

Catatan pendapatan box office, untuk domestik AS dan Kanada, Wonder Woman meraih sekitar 412,8 juta Dollar AS. Sementara pendapatan internasional mencapai sekitar 409,3 juta Dollar AS. Sehingga pendapatan global sekitar 822,1 juta Dollar AS. Padahal dari sisi anggaran produksi, film ini dibuat dengan anggaran sekitar 149 juta Dollar AS.

Dengan demikian, ini menjadi film superhero dengan sutradara perempuan pertama yang meraih pendapatan lebih dari 800 juta Dollar AS di seluruh dunia.

Keberhasilan Wonder Woman menunjukkan bahwa film superhero dengan tokoh utama perempuan memiliki daya tarik yang kuat bagi penonton global. Kesuksesan ini mematahkan stereotip bahwa film aksi atau superhero yang dipimpin oleh karakter perempuan tidak bisa bersaing di box office.

Pendapatan Wonder Woman (2017) tidak hanya signifikan secara finansial, tetapi juga memperkuat posisi film-film yang mengusung tema pemberdayaan perempuan di industri perfilman global. Film ini menjadi bukti nyata bahwa cerita yang diceritakan dari perspektif perempuan dapat menjadi blockbuster yang besar.

Gal Gadot tak Lagi Dipuja?

Sosok Wonder Woman di awal kemunculannya sangat dipuja. Ia cantik, kuat, dan perduli sesama. Sayang, posisi publik Gal Gadot terhadap konflik Israel-Palestina telah memicu kontroversi dan kritik, terutama di media sosial. Sebagai seorang publik figur yang berasal dari Israel dan pernah menjalani wajib militer di sana, Gal Gadot sering dianggap sebagai pendukung Israel dalam konflik tersebut.

Diketahui, Gal Gadot telah beberapa kali membuat pernyataan tentang konflik Israel-Palestina, terutama di media sosial. Pernyataannya biasanya menyerukan perdamaian dan berakhirnya kekerasan. Namun, beberapa pihak menganggap pernyataannya cenderung bias karena tidak menyebutkan secara langsung penderitaan rakyat Palestina atau peran Israel dalam konflik.

Pada tahun 2021, selama eskalasi kekerasan antara Israel dan Hamas, Gal Gadot mengunggah pernyataan di Twitter dan Instagram yang menyerukan perdamaian. Dia menyebut bahwa konflik ini ‘menghancurkan negara dan tetangga kita,’ tetapi tidak menyebutkan Palestina secara spesifik. Dua tahun kemudian, ia juga mengunggah sejumlah foto warga Israel yang diculik.

Unggahan ini menuai kritik dari berbagai kalangan yang menuduhnya tidak netral dan memihak Israel. Banyak yang merasa bahwa sebagai seorang selebriti dengan pengaruh global, Gadot memiliki tanggung jawab untuk mengakui ketidakadilan yang dialami oleh Palestina.

Apapun, Wonder Woman pada akhirnya tetap tumbuh menjadi ikon hero perempuan yang dinanti. Film ini memperkuat gagasan bahwa perempuan bisa menjadi pahlawan dalam berbagai aspek kehidupan. Lebih dari sekadar kisah superhero, Wonder Woman merayakan nilai-nilai keadilan, cinta, dan pemberdayaan perempuan, menjadikannya salah satu film paling berpengaruh dalam dekade terakhir. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |