Arsjad Rasjid: Bonus Demografi Bisa Jadi Bencana Jika Lapangan Kerja Tidak Tersedia

4 hours ago 10

Jakarta (pilar.id) – Universitas Paramadina kembali menggelar forum Meet The Leaders yang kali ini menghadirkan tokoh nasional Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia, sebagai pembicara utama. Acara ini berlangsung di Auditorium Benny Subianto, Kampus Kuningan, pada Sabtu (19/7/2025), dan mengangkat tema Driving Inclusive Growth: Innovation, Industrialization and Energy Transition for Job Creation.”

Dalam pemaparannya, Arsjad mengulas berbagai tantangan struktural ekonomi Indonesia, mulai dari menurunnya daya beli masyarakat, tingginya angka pekerja sektor informal, hingga potensi risiko dari bonus demografi yang belum dikelola secara optimal.

“Fokus kita hari ini bukan hanya pada pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka 4,7%, tetapi juga pada kenyataan bahwa daya beli masyarakat terus menurun. Banyak masyarakat tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasar,” ujar Arsjad.

Ia mengungkapkan kekhawatiran terhadap struktur tenaga kerja Indonesia. Meskipun angka pengangguran terbuka menurun, jumlah pengangguran masih mencapai 7,28 juta orang, dengan hampir 60% angkatan kerja berada di sektor informal yang cenderung rentan secara ekonomi.

Pekerja Terampil Pilih Hijrah ke Luar Negeri

Menurut Arsjad, banyak tenaga kerja terampil Indonesia justru memilih bekerja di luar negeri karena imbalan finansial dan jaminan sosial yang jauh lebih baik.

“Bukan karena mereka tidak cinta negeri ini, tapi karena upah di luar bisa 5–8 kali lipat lebih besar. Ini tanda bahwa pasar tenaga kerja domestik belum siap bersaing secara global,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa investasi di dalam negeri cenderung padat modal dan bukan padat karya. Hal ini menyebabkan penciptaan lapangan kerja baru menjadi sangat terbatas. Selain itu, iklim investasi masih dihadapkan pada tantangan klasik seperti masalah perizinan, lahan, dan keamanan.

Bonus Demografi Bisa Jadi Ancaman

Arsjad memberi peringatan bahwa bonus demografi Indonesia, yang semestinya menjadi peluang, justru bisa berubah menjadi bencana jika pemerintah gagal menciptakan lapangan kerja.

“Kalau tenaga kerja produktif melimpah tapi lapangan kerja tidak tersedia, maka yang terjadi bukan bonus, melainkan bencana demografi,” tegasnya.

Solusi: 3G – Grow People, Gear Up Industry, Go Green

Sebagai solusi, Arsjad menawarkan pendekatan 3G untuk mendorong pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan:

Grow People
Fokus pada pembangunan sumber daya manusia agar mampu bersaing sebagai talenta global. Namun, saat ini hanya sekitar 10% tenaga kerja Indonesia berlatar belakang pendidikan tinggi.

Gear Up Industry
Menggalakkan reindustrialisasi berbasis nilai tambah, terutama melalui hilirisasi mineral dan manufaktur strategis. Strategi ini diharapkan dapat menambah USD 25 miliar ke PDB nasional dan menciptakan lapangan kerja di luar Pulau Jawa.

Go Green
Menjadikan transisi energi sebagai peluang pertumbuhan baru dengan mendorong reskilling tenaga kerja dari sektor tinggi emisi, pembiayaan hijau untuk UMKM, serta partisipasi masyarakat lokal.

Universitas Paramadina Tegaskan Komitmen pada Kepemimpinan Muda

Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D., dalam sambutannya menegaskan pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam diskursus pembangunan nasional. Sementara itu, acara dipandu oleh Wijayanto Samirin, MPP, dan dihadiri oleh sivitas akademika serta tamu undangan dari berbagai kalangan.

Melalui forum “Meet The Leaders”, Universitas Paramadina terus berupaya menghadirkan pemimpin-pemimpin bangsa untuk menginspirasi generasi muda, sejalan dengan semangat kampus: “Bertemu, Terinspirasi, Menjadi.” (hen/ted)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |