Harga Bitcoin Naik 7 Persen Usai Trump Cabut Tarif, Pasar Kripto Tetap Waspada

2 weeks ago 28

Jakarta (pilar.id) – Harga Bitcoin (BTC) melonjak lebih dari 7 persen pada Kamis (10/4), menembus level 83.000 Dollar AS. Kenaikan tajam ini menjadi yang tertinggi secara intraday sejak Maret lalu, menyusul pengumuman mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mencabut sementara kebijakan tarif global selama 90 hari — dengan pengecualian untuk China.

Langkah Trump yang menggantikan rencana sebelumnya untuk mengenakan tarif tetap sebesar 10 persen terhadap semua mitra dagang Amerika Serikat, mendapat sambutan positif dari pelaku pasar global, termasuk pasar kripto. Tidak hanya Bitcoin, altcoin seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Dogecoin (DOGE) turut mencatatkan kenaikan dua digit.

Namun, di balik euforia pasar, data dari pasar derivatif menunjukkan bahwa pelaku pasar profesional masih bersikap hati-hati.

Pasar Derivatif Tunjukkan Sikap Waspada

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengungkapkan bahwa meskipun terjadi lonjakan harga secara teknikal, indikator derivatif belum menunjukkan sinyal masuk besar-besaran dari investor institusional.

“Premi kontrak berjangka dua bulan BTC sempat naik di atas 5 persen, namun gagal mempertahankan momentumnya. Delta skew 25 persen untuk opsi BTC juga menunjukkan pergerakan tajam ke 12 persen sebelum kembali ke level netral di 3 persen,” ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun ada dorongan teknikal, sentimen kehati-hatian masih mendominasi di kalangan trader besar. “Suku bunga pendanaan masih netral, menandakan pasar masih menunggu arah yang lebih jelas.”

Data Inflasi AS dan China Jadi Penentu

Menurut Fyqieh, pergerakan harga Bitcoin dalam beberapa hari ke depan akan sangat dipengaruhi oleh rilis data inflasi dari Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Jika tekanan inflasi rendah, ada peluang rally menuju 88.800 Dollar AS atau bahkan menyentuh 100.000 Dollar AS. Tapi bila data inflasi tinggi, BTC bisa terkoreksi kembali ke kisaran support 73.500 Dollar AS,” jelasnya.

Pasar sempat mendapat angin segar dari pernyataan CEO BlackRock, Larry Fink, pada Senin (7/4). Fink menyebut koreksi pasar sebagai “peluang beli” strategis dan memperkirakan pasar global bisa turun hingga 20 persen jika tarif diberlakukan. Namun, pencabutan tarif oleh Trump justru mengangkat optimisme pasar secara luas.

Meskipun begitu, analis tetap mengingatkan bahwa level 88.800 Dollar AS menjadi resistance kuat bagi Bitcoin, yang sebelumnya terbentuk sebelum pengumuman tarif di awal April. Indikator teknikal seperti Detrended Price Oscillator (DPO) yang masih negatif pun menandakan bahwa tren kenaikan belum sepenuhnya terkonfirmasi.

Arah Bitcoin Ditentukan Kebijakan Moneter

Dengan ketidakpastian kebijakan moneter dan ekspektasi inflasi dari dua ekonomi terbesar dunia, arah pergerakan Bitcoin dalam waktu dekat sangat bergantung pada respons The Fed dan otoritas moneter China terhadap data inflasi mendatang.

“Pasar kripto masih berada dalam fase konsolidasi. Meski ada peluang teknikal, kehati-hatian tetap diperlukan dalam menyusun strategi investasi,” tutup Fyqieh. (mad/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |