Jakarta (pilar.id) – Dirilis pada tahun 2006, Blood Diamond menjadi salah satu film paling berpengaruh yang menyoroti keterkaitan antara konflik bersenjata dan perdagangan berlian di Afrika. Disutradarai oleh Edward Zwick dan dibintangi oleh Leonardo DiCaprio, Jennifer Connelly, serta Djimon Hounsou, film ini membuka mata dunia terhadap praktik kejam di balik kemewahan batu mulia tersebut.
Berlatar perang saudara di Sierra Leone pada periode 1991–2002, film ini menampilkan penderitaan rakyat akibat pertarungan antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak Revolutionary United Front (RUF). Konflik tersebut dibiayai melalui penjualan “berlian berdarah” — batu permata yang ditambang di zona perang untuk mendanai kegiatan militer.
Cerita berfokus pada Solomon Vandy (Djimon Hounsou), seorang nelayan yang dipaksa menambang berlian oleh pasukan RUF. Ia menemukan berlian merah muda langka, yang kemudian menarik perhatian Danny Archer (Leonardo DiCaprio), seorang penyelundup asal Zimbabwe yang berambisi menjualnya untuk kebebasan pribadi.
Keduanya kemudian bekerja sama mencari batu tersebut di tengah kekacauan perang, sementara jurnalis Amerika Maddy Bowen (Jennifer Connelly) berusaha mengungkap skandal perdagangan berlian ilegal yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dunia.
Film ini berakhir dengan adegan konferensi di Kimberley, Afrika Selatan, yang mengacu pada pertemuan nyata tahun 2000 dan melahirkan Kimberley Process Certification Scheme — sebuah inisiatif global untuk memastikan asal-usul berlian agar tidak berasal dari zona konflik.
Produksi dan Kritik
Warner Bros menunjuk Charles Leavitt untuk menulis ulang naskah yang semula berjudul Okavango. Naskah tersebut kemudian disempurnakan oleh Zwick dan Marshall Herskovitz sebelum Zwick memutuskan untuk menyutradarai film ini sendiri.
Syuting dilakukan di berbagai lokasi seperti Cape Town dan Port Edward (Afrika Selatan), Maputo dan Goba (Mozambik), serta London, Inggris, demi menciptakan nuansa Afrika yang autentik dan emosional.
Blood Diamond mendapat ulasan positif dari para kritikus dan penonton. Di situs Rotten Tomatoes, film ini mencatat skor persetujuan 64 persen, sementara di Metacritic memperoleh skor rata-rata 64/100, menandakan respon “umumnya positif”.
Penampilan Leonardo DiCaprio dan Djimon Hounsou mendapat pujian luas, dengan keduanya meraih nominasi Oscar masing-masing untuk Aktor Terbaik dan Aktor Pendukung Terbaik. Film ini juga memperoleh lima nominasi Academy Awards dan satu nominasi Golden Globe untuk DiCaprio.
Kritikus Claudia Puig dari USA Today menyebut Blood Diamond sebagai “permata di antara film-film bertema sosial”, sementara Peter Rainer dari Christian Science Monitor menilai akting DiCaprio “luar biasa dan penuh kedewasaan”.
Namun, beberapa pengulas menilai film ini terlalu bergantung pada gaya Hollywood dalam menyampaikan pesan moralnya. Meski begitu, mayoritas sepakat bahwa film ini berhasil menggugah kesadaran publik tentang asal-usul berlian yang mereka kenakan.
Pencapaian Box Office
Film ini dirilis pada 8 Desember 2006 di Amerika Serikat dan Kanada, menempati posisi kelima pada pekan pembuka dengan pendapatan lebih dari USD 8,6 juta. Secara global, Blood Diamond mengumpulkan pendapatan kotor sebesar USD 171 juta, dengan USD 57 juta berasal dari Amerika Utara dan sisanya dari pasar internasional.
Lebih dari sekadar film aksi, Blood Diamond menjadi simbol perjuangan melawan eksploitasi sumber daya di Afrika. Film ini juga membantu meningkatkan kesadaran global terhadap pentingnya sertifikasi asal-usul berlian melalui Kimberley Process, meski inisiatif tersebut kini dianggap kurang efektif.
Dua dekade setelah perilisannya, Blood Diamond tetap relevan sebagai refleksi tentang bagaimana keserakahan manusia dapat menyalakan api perang dan penderitaan. Di balik kemilau berlian, tersimpan kisah darah dan air mata yang tak boleh dilupakan. (ret/hdl)