Jakarta (pilar.id) — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan perkembangan terbaru terkait dinamika atmosfer di Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar). Peningkatan potensi hujan di kawasan tersebut dinilai berpengaruh signifikan terhadap proses evakuasi dan pemulihan pascabencana.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menyatakan bahwa negara melalui berbagai lembaga tengah hadir mendampingi masyarakat terdampak bencana hidrometeorologi. Peringatan dini cuaca menjadi salah satu langkah yang terus diperkuat untuk meningkatkan kesiapsiagaan publik.
Pengaruh Bibit Siklon Tropis 91S
BMKG memantau Bibit Siklon Tropis 91S yang terdeteksi di barat daya Lampung. Dalam 24 jam ke depan, bibit siklon tersebut diperkirakan bergerak mendekati daratan Sumatra sebelum kemudian berbelok ke barat daya menjauhi wilayah tersebut pada 36 hingga 72 jam berikutnya.
Perubahan atmosfer ini menjadi salah satu pemicu meningkatnya intensitas hujan pada 11, 12, dan 16 Desember. Teuku Faisal Fathani menilai potensi bibit siklon berkembang menjadi siklon tropis masih dalam kategori rendah, namun masyarakat tetap diimbau menjaga kesiapsiagaan.
Curah Hujan Tinggi di Sejumlah Wilayah
Aspek klimatologis menunjukkan curah hujan berkategori tinggi hingga sangat tinggi (200–500 mm/bulan) berpotensi terjadi di wilayah Tapanuli, Nias, Langkat, Mandailing Natal, dan Labuhan Ratu pada Desember. Memasuki Januari 2026, intensitas curah hujan diperkirakan menurun ke kategori menengah hingga tinggi di Tapanuli Tengah, Langkat, Mandailing Natal, dan Padang Lawas.
Menurut Teuku Faisal Fathani, seluruh perubahan atmosfer terpantau melalui radar dan satelit BMKG. Informasi tersebut diteruskan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan untuk ditindaklanjuti sesuai kebutuhan di lapangan.
OMC Diterapkan di Wilayah Rawan
Untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, BMKG bekerja sama dengan BNPB menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Operasi tersebut dilakukan di Aceh, Sumut, Sumbar, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan intensitas penerapan 24 jam menyesuaikan kondisi cuaca.
OMC dilakukan dengan penebaran NaCl di awan pada area aman seperti laut atau waduk untuk menurunkan hujan sebelum mencapai wilayah rawan bencana. Jika awan hujan telah memasuki zona rawan, penebaran CaO atau kapur tohor digunakan untuk memecah awan sehingga intensitas hujan dapat dikurangi. OMC tidak dapat diterapkan pada bibit siklon maupun siklon tropis karena pergerakan sistem yang kompleks dan pertimbangan keselamatan penerbangan.
Dukungan Pemerintah dan Penanganan Darurat
Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, mengungkapkan bahwa pemerintah pusat bersama mitra kerja memperkuat koordinasi langsung di daerah terdampak untuk mempercepat pemulihan. Ia menilai komunikasi antarpemerintah menjadi faktor penting mengingat keterbatasan fiskal daerah pada fase tanggap darurat.
Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, menjelaskan bahwa wilayahnya menghadapi situasi darurat dengan catatan 111 korban meninggal, puluhan warga hilang, dan lebih dari 13 ribu orang mengungsi. Kendala terbesar yang dihadapi ialah akses yang belum terbuka akibat banjir bandang yang membawa kayu besar dan sedimen sungai, sehingga kebutuhan alat berat dan dukungan OMC menjadi mendesak.
BMKG menegaskan bahwa seluruh informasi cuaca terbaru disampaikan melalui kanal resmi seperti @infoBMKG, aplikasi InfoBMKG, dan situs web resmi. Masyarakat diminta tetap tenang serta tidak terpengaruh informasi yang bersumber dari saluran tidak resmi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. (ang)

1 day ago
11

















































