Berpikir Kritis Membantu Siswa Menjadi Pribadi Autentik

3 weeks ago 15

loading...

Pembukaan Canisius Exhibition of Learning Experience (C-XLENCE) 2025. Foto/Istimewa

JAKARTA - Berpikir kritis dan riset yang mendalam tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Karena itu, para siswa hendaknya terus mengasah keterampilan kepemimpinan, presentasi, dan kemampuan berpikir kritis, yang akan membantu mereka menjadi pribadi autentik dan pemimpin.

Menurut Direktur Kolese Kanisius Thomas Gunawan pada saat acara pembukaan Canisius Exhibition of Learning Experience (C-XLENCE) 2025, fakta dari survei McGee (dalam Yu, 2023), yang menyebutkan bahwa 89 persen mahasiswa di Amerika menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas mereka, dengan 53 persen di antaranya menggunakan alat ini untuk menulis esai. Meskipun hasilnya menunjukkan peningkatan nilai, dia menekankan pentingnya berpikir kritis dan riset yang mendalam yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan.

Dengan IQ ChatGPT yang diperkirakan mencapai 155, kata dia, teknologi ini tidak boleh mengurangi kualitas pendidikan yang mengutamakan human excellence, yang melibatkan kedalaman intelektual dan spiritual.

Dia juga menekankan pentingnya proses penulisan riset yang ilmiah, terstruktur, dan holistik. "Para siswa dapat mengasah keterampilan kepemimpinan, presentasi, dan kemampuan berpikir kritis, yang akan membantu mereka menjadi pribadi autentik dan pemimpin yang siap menghadapi tantangan di masa depan," ujarnya, dikutip Kamis (13/2/2025).

Kasudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Pusat Ujang Hermawan yang hadir dalam kegiatan tersebut juga memberikan motivasi kepada para siswa. Ujang mengungkapkan kebanggaannya atas kontribusi Kolese Kanisius dalam dunia pendidikan di Jakarta.

C-XLENCE 2025 yang bertema"Learning Through Authenticity" digelar 10-12 Februari 2025, mempersembahkan hasil karya dan penelitian ilmiah dari siswa kelas IX dan XII, yang telah menyelesaikan Research Paper mereka sebagai bagian dari kurikulum Kolese Kanisius.

Sebanyak 179 siswa kelas IX terbagi dalam 55 kelompok, serta 273 siswa kelas XII terbagi dalam 88 kelompok. Para siswa mempresentasikan hasil penelitian mereka di berbagai ruang dan melakukan sesi tanya jawab dengan para guru penguji. Proses presentasi ini tidak hanya mengasah kemampuan komunikasi siswa, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis mereka dalam mempertanggungjawabkan hasil riset ilmiah secara konkret.

(zik)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |