Investasi Berdampak: Solusi Strategis Mengatasi Tantangan Sosial dan Lingkungan di Indonesia

3 weeks ago 34

Jakarta (pilar.id) – Indonesia menghadapi berbagai tantangan sosial dan lingkungan, mulai dari deforestasi hingga ketidakadilan ekonomi yang terus memengaruhi kualitas hidup masyarakat.

Dalam situasi genting ini, investasi berdampak (impact investing) hadir sebagai solusi strategis untuk menciptakan perubahan positif yang terukur.

Berdasarkan laporan Global Impact Investing Network (GIIN), 88 persen investor berdampak melaporkan bahwa investasi mereka tidak hanya memberikan keuntungan finansial sesuai harapan, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan yang nyata.

Tren ini sejalan dengan pertumbuhan global dan meningkatnya perhatian pada isu keberlanjutan di Indonesia.

Apa Itu Investasi Berdampak?

Investasi berdampak mengintegrasikan tujuan finansial dengan manfaat sosial dan lingkungan.

Menurut Fikri Syaryadi, seorang pegiat investasi berdampak, pendekatan ini mencakup sektor seperti energi terbarukan, pengelolaan limbah, pertanian, hingga kehutanan.

“Ini bukan sekadar donasi. Investasi berdampak menggunakan prinsip pasar untuk menjaga keberlanjutan usaha sambil menciptakan dampak positif,” jelas Fikri.
Krisis Lingkungan di Indonesia

Indonesia menghadapi tantangan serius, termasuk deforestasi lebih dari 1.000 km² per tahun dan kehilangan 26 juta ton ikan akibat praktik penangkapan ilegal. Menurut Environmental Performance Index (EPI) 2024, Indonesia berada di peringkat ke-162 dari 180 negara dengan skor hanya 33,8 dari 100.

Dalam konteks ini, investasi berdampak menjadi katalis penting untuk mengatasi masalah lingkungan dan sosial.

Pemerintah telah berupaya mendorong bisnis berkelanjutan, salah satunya melalui kebijakan yang menarik investasi sebesar Rp 23,08 triliun antara 2020–2022, menurut Australian Agency for International Development (AusAID).

Dukungan untuk UMKM Berkelanjutan

Menurut Gita Syahrani, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki potensi besar untuk memberikan solusi keberlanjutan. Namun, mereka kerap menghadapi kendala pendanaan.

“Hingga kini, ekosistem investasi berdampak di Indonesia melibatkan 66 investor aktif. Dukungan ini membantu UMKM berinovasi dan mempercepat dampak positif,” ujarnya.

Pendanaan yang terbatas kerap menghalangi bisnis kecil dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan. Studi di International Review of Economics and Finance menunjukkan, kurangnya akses modal dapat memicu lonjakan emisi karbon hingga 3.340 persen di tingkat perusahaan.

Prinsip ESG sebagai Dasar Investasi Berdampak

Prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi landasan penting dalam investasi berdampak.

“ESG tidak hanya membantu investor menganalisis risiko jangka panjang, tetapi juga memastikan dampak positif yang terukur,” kata Eri Budiono, Direktur Utama Bank Neo Commerce.

Rizky Wisnoentoro, Ph.D., dari Universitas Islam Internasional Indonesia, menekankan pentingnya kerangka evaluasi berbasis bukti untuk mengukur dampak investasi.

“Dengan indikator keberhasilan yang relevan dan pengumpulan data longitudinal, kita bisa membangun model bisnis adaptif untuk mengatasi tantangan sosial dan lingkungan,” jelasnya.

Kolaborasi untuk Masa Depan Berkelanjutan

Keberhasilan investasi berdampak bergantung pada kolaborasi lintas sektor. Menurut Kementerian Keuangan, dana publik hanya mampu memenuhi 34 persen kebutuhan pendanaan untuk perubahan iklim. Keterlibatan sektor swasta menjadi krusial untuk menutupi kekurangan ini.

Eri Budiono menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor akan mempercepat pengembangan investasi berdampak. “Dengan standar pengukuran dampak yang jelas, investor akan lebih percaya diri untuk berkontribusi dalam proyek-proyek sosial dan lingkungan,” tutupnya.

Investasi berdampak menjadi jembatan penting dalam menjawab tantangan sosial dan lingkungan di Indonesia. Dengan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. (hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |