Jakarta (pilar.id) – Rambo: Last Blood, jelas jadi salah satu film yang ditunggu penggemar film action tahun 1980-1990-an. Karena sejak First Blood (1982), sosok yang melekat pada Sylvester Stallone ini terus muncul mewarnai layar sinema lewat aksi tak terlupa.
Last Blood disutradarai Adrian Grünberg, bekerjasama dengan sutradara Avi Lerner, Kevin King Templeton, Yariv Lerner, dan Les Weldon. Ia juga berkolaborasi bareng Sylvester Stallone, sang aktor utama, dan Matthew Cirulnick.
Film yang malam ini akan tayang di Bioskop Trans TV ini diproduksi oleh Millennium Media dan Balboa Productions, didistribusikan Lionsgate, dirilis pada 20 September 2019. Film yang diproduksi dengan anggaran 50 juta Dollar AS ini meraih pendapatan Box Office 91,4 juta Dollar AS.
Rambo: Last Blood (2019) menghadirkan pemeran utama antara lain Sylvester Stallone sebagai John Rambo, Paz Vega sebagai Carmen Delgado, Sergio Peris-Mencheta sebagai Hugo Martínez, Adriana Barraza sebagai Maria Beltran, dan Yvette Monreal sebagai Gabrielle.
Rambo: Last Blood melanjutkan kisah veteran perang legendaris, John Rambo, yang kini hidup tenang di peternakan keluarganya di Arizona.
Rambo merawat Gabrielle, seorang gadis muda yang sudah dianggap seperti anak sendiri. Ketika Gabrielle diculik oleh kartel Meksiko saat mencari ayah kandungnya, Rambo kembali ke medan perang untuk menyelamatkannya.
Film ini menampilkan perjuangan brutal Rambo menghadapi kelompok kriminal, memperlihatkan keterampilan bertarung dan strategi perangnya yang terkenal. Dengan gaya khas yang penuh aksi dan emosional, film ini menjadi babak penutup dari perjalanan panjang karakter ikonik ini.
Pengaruh Rambo dan Sylvester Stallone
Rambo menjadi salah satu karakter action paling ikonik dalam sejarah perfilman dunia. Karakter ini melambangkan keberanian, perjuangan, dan kegigihan melawan ketidakadilan.
Seri Rambo, dimulai dari First Blood (1982), tidak hanya mendefinisikan ulang genre action tetapi juga memperkenalkan karakter pahlawan yang kompleks dengan latar belakang psikologis mendalam, yaitu PTSD pasca-perang.
Stallone sendiri tidak hanya dikenal sebagai aktor tetapi juga penulis dan produser. Kesuksesan Rambo bersama dengan waralaba Rocky menempatkan Stallone di puncak dunia perfilman action, menjadikannya bintang global.
Ia membuktikan bahwa aktor juga bisa menjadi kreator film yang sukses, dengan menyumbangkan ide, skenario, dan arahan kreatif di balik layar.
Film Rambo dikenal karena adegan aksi yang intens dan sinematografi inovatif untuk adegan perang dan survival. Seri ini menginspirasi generasi pembuat film action di Hollywood dan internasional.
Film-film Rambo juga memperkenalkan penggunaan senjata dan strategi militer dalam film action yang menjadi tren di era 1980-an dan 1990-an.
Seri Rambo membuka jalan bagi banyak film action dengan tema individu melawan sistem atau kelompok besar, seperti Die Hard, Terminator, dan Mad Max.
Kesuksesan Rambo mendorong popularitas genre action di berbagai negara, termasuk India dan Indonesia, yang sering kali membuat adaptasi atau film serupa.
Pesan Sosial dan Politik dalam Rambo
Seri Rambo sering kali menjadi refleksi isu politik dan sosial di masanya, seperti dampak perang Vietnam, konflik internasional, dan keadilan sosial.
Karakter Rambo juga menjadi simbol perjuangan individu melawan penindasan, yang diterima baik di berbagai budaya.
Rambo: Last Blood menutup warisan besar dari karakter John Rambo, yang telah menjadi bagian penting dari sejarah film action dunia.
Sylvester Stallone tidak hanya menciptakan waralaba yang sukses tetapi juga memperkaya genre action dengan karakter pahlawan yang kompleks dan cerita emosional. Pengaruhnya masih terasa hingga kini, menginspirasi generasi baru pembuat film dan penonton di seluruh dunia. (ret/hdl)