Saham TUGU Melonjak 9 Persen dalam 4 Hari Jelang Pengumuman Dividen

1 month ago 42

Jakarta (pilar.id) – Saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mengalami lonjakan signifikan sebesar 9 persen hanya dalam empat hari perdagangan terakhir. Kenaikan ini terjadi di tengah meredanya gejolak pasar akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, serta ekspektasi pembagian dividen yang akan diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan pada 29 April 2025.

Pada perdagangan 9 April 2025, saham TUGU sempat turun ke level terendah tahun ini di Rp 860 dan ditutup di Rp 885. Namun, dalam waktu singkat, saham tersebut berhasil rebound dan mencapai Rp 965 pada penutupan Selasa, 15 April 2025. Bahkan, pada Senin sebelumnya, harga sempat menyentuh Rp 990.

Selama empat hari berturut-turut, saham TUGU ditutup di zona hijau. Investor asing juga mencatatkan aksi beli bersih (net foreign buy) senilai Rp 460 juta dalam periode tersebut. Kenaikan harga saham ini mengungguli performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan indeks LQ45 yang sama-sama naik 8 persen dalam periode yang sama.

Faktor Fundamental Penggerak Saham TUGU

Analis dari Philip Sekuritas, Edo Ardiansyah, menjelaskan bahwa penguatan saham TUGU didorong oleh beberapa faktor utama, terutama ekspektasi pembagian dividen yang menarik.

Sejak melantai di bursa pada 2018, TUGU konsisten memberikan dividen dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) sebesar 30 persen, bahkan meningkat menjadi 40 persen dalam tiga tahun terakhir.

“Jika dividend payout ratio mencapai 30 persen hingga 40 persen, maka potensi dividen per saham berada di kisaran Rp 59,06 hingga Rp 78,75. Dengan harga saat ini, yield dividen bisa mencapai 6,12 persen hingga 8,16 persen,” kata Edo.

Investor yang mengoleksi saham di kisaran harga Rp 860 hingga Rp 900 akan mendapatkan imbal hasil dividen yang lebih tinggi, ujarnya.

Faktor lain yang mendukung kenaikan saham TUGU adalah nilai buku perusahaan yang terus meningkat. Sekitar 60 hingga 70 persen laba ditahan sebagai modal, membuat valuasi saham dengan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) masih tergolong murah, yakni di kisaran 0,35x hingga 0,4x.

“Dengan asumsi PBV naik ke 0,8x atau bahkan 1x, maka harga saham TUGU masih berpeluang naik dalam jangka menengah hingga panjang,” tambah Edo.

Rekomendasi Analis dan Potensi Jangka Pendek

Dalam konsensus analis Bloomberg, saham TUGU diproyeksikan akan naik ke Rp 1.410 hingga Rp 2.435. Dari enam analis yang mengulas saham ini, seluruhnya memberikan rekomendasi beli.

Edo juga mencatat bahwa kepemilikan saham TUGU didominasi oleh investor institusi jangka panjang. Hal ini membuat perdagangan harian relatif sepi, namun stabil dalam menghadapi tekanan pasar. “Saat harga turun, investor institusi cenderung masuk kembali dan menyebabkan rebound cepat,” ujarnya.

TUGU juga dinilai sebagai saham defensif dalam kondisi pasar yang volatil akibat ketegangan perdagangan global, karena tidak terlibat dalam aktivitas ekspor dan memiliki pasar captive seperti Pertamina dan BUMN lainnya.

Analisis Teknikal: Potensi Uji Resistance Baru

Analis teknikal Yazid Muammar menambahkan bahwa dalam jangka pendek, saham TUGU berpotensi menguji resistance di level Rp 980 hingga Rp 1.000 sebagai area psikologis kuat. Target lanjutan berada di Rp 1.050 hingga Rp 1.100 per saham.

“Saat ini, support terdekat berada di kisaran Rp 880 hingga Rp 900. Jika harga mampu bertahan di atas Rp 950 dengan volume tinggi, peluang penguatan lanjutan semakin terbuka,” jelas Yazid.

Ia menyarankan investor untuk mencermati hasil RUPS dan laporan keuangan kuartal I-2025 sebagai acuan pengambilan keputusan investasi jangka pendek. (mad/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |