Jakarta (pilar.id) – Harga Bitcoin kembali mencetak rekor tertinggi, mencapai 93.265 Dollar AS (sekitar Rp1,48 miliar) setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan signifikan. Data terbaru Indeks Harga Konsumen (IHK) AS menunjukkan inflasi mencapai 2,6 persen di bulan Oktober, naik dari 2,4 persen pada bulan September.
Kenaikan ini memicu kekhawatiran di kalangan investor tentang kemungkinan kebijakan moneter yang lebih ketat oleh The Fed, yang bisa berdampak pada pasar keuangan termasuk aset kripto.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan bahwa inflasi AS yang lebih tinggi cenderung membuat investor beralih ke aset yang dianggap sebagai lindung nilai, seperti obligasi atau dolar AS, ketimbang aset kripto.
“Kenaikan inflasi memberi sinyal bahwa The Fed mungkin mengambil langkah pengetatan kebijakan yang agresif, yang umumnya memicu volatilitas di Bitcoin,” ungkap Fyqieh.
Namun, dengan adanya sentimen optimis di pasar setelah pemilu AS, potensi perubahan regulasi yang lebih mendukung kripto dapat memperkuat minat terhadap Bitcoin, tambahnya.
Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa inflasi IHK bulanan tetap di 0,2 persen, tidak berubah dari bulan September, sedangkan kenaikan tahunan mencapai 2,6 persen, kenaikan pertama dalam delapan bulan terakhir.
Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, berada di 0,3 persen secara bulanan dan 3,3 persen tahunan, sesuai ekspektasi pasar. Meski tidak mengejutkan, angka ini menguatkan spekulasi bahwa The Fed akan memperketat pemantauan inflasi.
Proyeksi Harga Bitcoin Menuju Level 100 ribu Dollar AS
Seiring data inflasi yang menguat, analis memperkirakan harga Bitcoin berpotensi mencapai 100 ribu Dollar AS dalam waktu dekat.
“Secara teknis, Bitcoin sedang dalam tren bullish yang kuat. Meskipun potensi koreksi jangka pendek ada, ini bisa menjadi peluang bagi investor sebelum reli besar berikutnya. Target psikologis di 100 ribu Dollar AS kini menjadi acuan utama banyak trader,” ujar Fyqieh.
Selain itu, metrik on-chain menunjukkan peningkatan sentimen positif dengan naiknya open interest (OI) Bitcoin sebesar 5,6 persen dalam 24 jam terakhir.
“Kenaikan ini menandakan partisipasi aktif para pedagang, yang memperkuat optimisme pasar,” kata Fyqieh. Rasio panjang/pendek Bitcoin di angka 1,02 juga mencerminkan kecenderungan positif di kalangan trader.
Namun, Fyqieh mengingatkan bahwa kebijakan The Fed yang agresif dapat menambah volatilitas di pasar kripto. Data harga produsen AS dan klaim pengangguran yang akan dirilis dalam waktu dekat berpotensi memengaruhi permintaan untuk Bitcoin dan ETH di pasar spot AS.
“Jika harga produsen AS lebih rendah dari perkiraan, ini bisa memperkuat optimisme investor terhadap potensi pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember, mendorong harga Bitcoin ke 100 ribu Dollar AS. Namun, jika angka inflasi produsen lebih tinggi, investor dapat mulai melakukan aksi ambil untung,” tambahnya.
Target rekor harga Bitcoin ini menjadi fokus utama investor, khususnya mereka yang mencari aset lindung nilai terhadap inflasi yang terus meningkat di AS. (hdl)