Monash University Pimpin Kolaborasi Global Bersihkan Sungai Citarum di Jawa Barat

3 days ago 7

Bandung (pilar.id) – Masyarakat Jawa Barat bekerja sama dengan Monash University dan beberapa mitra internasional dalam Citarum Action Research Program (CARP), sebuah inisiatif inovatif untuk mengurangi limbah di Sungai Citarum.

Program ini bertujuan untuk menciptakan nilai dari sampah sekaligus mengatasi pencemaran yang telah mengancam sungai ini, yang menjadi sumber penghidupan jutaan orang.

Sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia, lebih dari 70 persen desa di daerah aliran Sungai Citarum minim fasilitas sanitasi dan pengolahan limbah yang memadai.

Melalui kolaborasi ini, Monash University, Pemprov Jawa Barat, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, dan organisasi global seperti CSIRO dan Eawag, bersinergi dalam mengatasi tantangan pengelolaan limbah di wilayah tersebut.

Pekan ini, seluruh mitra CARP berkumpul di Bandung untuk memperingati pencapaian penting, termasuk pengembangan fasilitas TPS-3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Desa Padamukti.

Program percontohan satu tahun di desa ini berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah.

Pengembangan TPS-3R: Inovasi dalam Pengelolaan Sampah

Desa Padamukti kini memiliki fasilitas TPS-3R yang dirancang oleh tim Monash dan Informal Cities Lab di Fakultas Seni, Desain, dan Arsitektur (MADA).

Proyek ini dipimpin oleh Profesor Diego Ramírez-Lovering, yang berharap pendekatan baru ini dapat diterapkan di TPS-3R lain di sekitar Sungai Citarum.

Sungai Citarum, Jawa BaratSungai Citarum, Jawa Barat

“Membersihkan Sungai Citarum adalah tantangan yang perlu dikerjakan lintas generasi. Melalui uji coba ini, kami harap perubahan nyata akan tercapai dalam upaya menciptakan Sungai Citarum yang lebih bersih,” ujar Profesor Ramírez-Lovering.

Bersamaan dengan pembangunan fasilitas TPS-3R, kampanye bertajuk Behaviour Change Awareness telah digelar oleh Eawag, YPBB, dan Monash Sustainable Development Institute. Kampanye ini membantu masyarakat Padamukti untuk memilah sampah di sumbernya, mendorong kebiasaan daur ulang sejak awal.

Laura Velásquez, Project Officer di Eawag, menjelaskan bahwa timnya menggunakan metode survei RANAS (Risiko, Sikap, Norma, Kemampuan, dan Pengaturan Diri) untuk memahami persepsi masyarakat terkait pengelolaan limbah.

“Kami merancang kampanye yang memengaruhi sikap positif dan norma sosial, di mana praktik pemilahan sampah menjadi semakin diterima,” ungkapnya.

Program CARP mendapat dukungan finansial dari Australia-Indonesia Knowledge Partnership Platform (KONEKSI) dan Indo-Pacific Plastics Innovation Network (IPPIN).

Dana ini mendukung berbagai aktivitas, termasuk pelatihan lapangan bagi mahasiswa S1 dan S2 Monash University, yang melakukan pemetaan data di sepanjang daerah aliran Sungai Citarum.

Di masa depan, CARP bertujuan untuk memperluas pengelolaan limbah berkelanjutan dengan mengumpulkan lebih banyak dana dan kolaborasi.

Tujuan jangka panjangnya adalah memastikan bahwa Sungai Citarum dapat pulih dalam 20 tahun ke depan melalui pendekatan ekologis yang menyeluruh. (hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |