Jakarta (pilar.id) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat edukasi mengenai aset kripto di Indonesia. Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan OJK, menekankan pentingnya pemahaman publik terhadap risiko tinggi investasi kripto.
“Kami ingin sosialisasi yang luas agar masyarakat menyadari bahwa investasi di aset ini termasuk spekulatif dan memiliki risiko tinggi,” ujar Hasan dalam peluncuran Bulan Fintech Nasional (BFN) dan Indonesia Fintech Summit 2024.
Laporan CoinGecko menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kelima dunia dengan jumlah investor crypto degen terbanyak, sebanyak 3,96 persen dari total transaksi spekulatif global.
Investor ini cenderung memilih aset berkapitalisasi kecil dan berisiko tinggi. Posisi teratas dipegang oleh Amerika Serikat dengan 16,83 persen, diikuti oleh Inggris (6,16 persen), Filipina (5,07 persen), dan Prancis (4,40 persen).
Minat tinggi terhadap aset seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Pepe (PEPE) di Indonesia menunjukkan kecenderungan investor terhadap aset fluktuatif.
“Tren ini mencerminkan minat investor Indonesia pada aset kripto berisiko tinggi,” kata Rieka Handayani, VP Marketing & PR Tokocrypto.
Ia menilai ketertarikan ini dipengaruhi oleh potensi keuntungan besar dalam waktu singkat, meski seringkali kurang diimbangi pemahaman akan risikonya.
Rieka menegaskan bahwa Tokocrypto terus mendorong edukasi melalui program-program yang menekankan prinsip investasi bertanggung jawab.
“Di Tokocrypto, kami memberikan akses ke berbagai aset kripto sekaligus edukasi. Diversifikasi dan manajemen risiko adalah kunci dalam investasi,” tambahnya.
Salah satu program edukasi Tokocrypto yang populer adalah Tokocrypto Academy, yang pada 2024 ini telah menjangkau lebih dari 40.000 peserta di 30 kota dan universitas di seluruh Indonesia.
Sementara itu, Hasan Fawzi menekankan pentingnya regulasi yang kuat untuk menciptakan ekosistem kripto yang aman.
“Kami harap pelaku industri kripto bersinergi dengan OJK dalam memberikan informasi yang tepat dan mengurangi investasi spekulatif yang berlebihan,” ujarnya.
OJK dan Tokocrypto berharap literasi keuangan ini dapat membantu masyarakat mengurangi risiko dan mengenali pilihan investasi yang lebih seimbang.
Bitcoin Ditargetkan Capai 100 Ribu Dollar AS di Tengah Inflasi AS
Bitcoin mencapai nilai tertinggi 93.265 Dollar AS di tengah kekhawatiran inflasi yang meningkat di Amerika Serikat. Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan inflasi mencapai 2,6 persen di bulan Oktober, lebih tinggi dari 2,4 persen pada September, menimbulkan kekhawatiran tentang kebijakan moneter ketat oleh Federal Reserve (The Fed).
“Inflasi yang meningkat sering kali mendorong investor untuk memilih aset seperti obligasi dan dolar AS sebagai lindung nilai, namun minat pada Bitcoin tetap kuat,” ujar Fyqieh Fachrur, Trader Tokocrypto. Ia mencatat bahwa sentimen pro-kripto dari pemerintah pasca-pemilu AS menambah minat pada Bitcoin.
Analis pasar memprediksi bahwa Bitcoin dapat mencapai angka psikologis 100.000 Dollar AS dalam waktu dekat, seiring dengan tren bullish yang kuat.
“Teknisnya, Bitcoin berada dalam tren positif. Meski ada peluang koreksi, level 100.000 Dollar AS menjadi target bagi banyak trader,” jelas Fyqieh.
Dengan meningkatnya open interest (OI) BTC sebesar 5,6 persen dalam 24 jam terakhir dan rasio panjang/pendek Bitcoin di angka 1,02, Fyqieh menilai ini sebagai sinyal bullish dari pasar. Namun, ia mengingatkan bahwa kebijakan ketat The Fed bisa memicu volatilitas lebih lanjut di pasar kripto. (hdl)