Rio de Janeiro (pilar.id) – Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan bahwa kelompok BRICS adalah perwujudan nyata dari semangat Konferensi Asia-Afrika atau Konferensi Bandung, yang dikenal sebagai gerakan non-blok dalam sejarah politik global.
Hal itu ia sampaikan dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Minggu (6/7/2025), yang turut dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto.
Dalam pidato yang disampaikan di Museum Seni Modern (MAM), Rio de Janeiro, Lula mengatakan bahwa BRICS kini menjadi manifestasi dari nilai-nilai Bandung, yang secara tegas menolak dominasi kekuatan besar dunia atas tatanan global.
“BRICS adalah manifestasi dari gerakan non-blok Bandung. BRICS menghidupi semangat Bandung,” ujar Lula di hadapan para pemimpin negara anggota BRICS, termasuk Indonesia yang baru resmi bergabung sebagai anggota penuh sejak 1 Januari 2025.
Krisis Multilateralisme Jadi Sorotan
Lula juga menyoroti situasi global yang saat ini disebutnya tengah mengalami krisis multilateralisme. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap merosotnya peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meski organisasi tersebut telah berusia 80 tahun.
“Kita justru menyaksikan keruntuhan multilateralisme yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Lula.
Ia mengingatkan bahwa PBB didirikan sebagai simbol kekalahan terhadap fasisme dan harapan akan tatanan dunia yang adil. Namun saat ini, ia menilai tatanan tersebut tengah menghadapi tantangan berat.
“Sepuluh tahun setelah PBB berdiri, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia dalam zona pengaruh dan memperjuangkan tatanan internasional yang multipolar,” tambahnya.
BRICS dan Peran Indonesia
Lula menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa BRICS adalah pewaris sah gerakan non-blok, yang berakar dari nilai-nilai solidaritas global, keadilan, dan multipolaritas.
Kehadiran Indonesia dalam KTT BRICS ke-17 ini menjadi tonggak sejarah baru, mengingat ini adalah kali pertama Indonesia hadir sebagai anggota penuh. Sebelumnya, Indonesia hanya berperan sebagai negara mitra dialog atau pengamat.
KTT BRICS tahun ini menjadi forum penting bagi para pemimpin negara anggota untuk membahas berbagai isu strategis, termasuk:
- Reformasi tata kelola global dan PBB
- Konflik internasional yang berkepanjangan
- Penguatan multilateralisme
- Kerja sama ekonomi dan keuangan
- Tata kelola kecerdasan buatan (AI)
- Perubahan iklim dan lingkungan
- Isu kesehatan global
Komitmen Indonesia di Panggung Global
Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam forum ini mempertegas komitmen Indonesia untuk aktif dalam membentuk tatanan dunia yang lebih adil dan inklusif. Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia dipandang memiliki posisi strategis dalam memperkuat kerja sama global yang berlandaskan pada kesetaraan dan saling menghormati.
Dengan bergabungnya Indonesia, BRICS kini semakin merepresentasikan negara-negara berkembang yang ingin membentuk arsitektur global baru, di luar dominasi blok barat atau timur semata. (hen/hdl)