loading...
Gagasan Kurikulum Cinta dikenalkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) baru-baru ini. Foto/Kemenag.
JAKARTA - Gagasan Kurikulum Cinta dikenalkan oleh Kementerian Agama ( Kemenag ) baru-baru ini. Ini menjadi inisiasi untuk menanamkan nilai cinta kepada Tuhan, sesama manusia, lingkungan dan bangsa sejak anak usia dini.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Amien Suyitno mengatakan, masih terdapat fenomena di jenjang pendidikan dasar di mana anak-anak menunjukkan sikap intoleran, saling menyalahkan, bahkan membenci satu sama lain karena perbedaan keyakinan.
Baca juga: Menag Nasaruddin Umar Ungkap Godok Kurikulum 'Cinta', Ini Maknanya
Hal ini, kata Amien, sering kali terjadi tanpa disadari sejak dini. Oleh karena itu, Kurikulum Cinta hadir sebagai solusi melalui insersi nilai-nilai keberagaman dalam berbagai mata pelajaran, khususnya dalam pendidikan Islam di bawah naungan Kementerian Agama.
Empat Aspek Utama Kurikulum Cinta
Kurikulum Cinta dirancang dengan empat pilar utama:
1. Cinta kepada Tuhan (Hablum Minallah)
Kurikulum ini bertujuan membangun hubungan yang kuat antara anak-anak dan Allah sejak dini."Di mana anak-anak sejak dini sudah terbiasa memperkuat hubungannya dengan Allah," katanya dilansir dari laman Pendis Kemenag, Minggu (2/3/2025).
Baca juga: Cinta sebagai Roh Utama Sistem Pendidikan Indonesia
2. Cinta kepada Sesama Manusia (Hablum Minannas)
Anak-anak diajarkan untuk menghargai keberagaman dan membangun hubungan harmonis dengan sesama, terlepas dari perbedaan agama atau latar belakang.
3. Cinta kepada Lingkungan (Hablum Bi'ah)
Kurikulum ini juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan. “Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini harus ditangani secara terstruktur dan sistematis. Anak-anak kita harus disadarkan akan pentingnya menjaga bumi,” lanjutnya.
Baca juga: Wamenag Kunjungi Menteri Hukum, Bahas Pemekaran Ditjen Pendidikan Islam
4. Cinta kepada Bangsa (Hubbul Wathan)
Kecintaan terhadap Tanah Air menjadi pilar penting. “Banyak anak-anak kita yang setelah belajar di luar negeri, justru lebih merasa menjadi orang luar dibandingkan bagian dari bangsanya sendiri. Kita ingin menginsersi agar anak-anak kita tetap berpegang teguh pada akar budayanya,” ungkapnya.
Integrasi ke dalam Mata Pelajaran yang Ada
Amien menegaskan bahwa Kurikulum Cinta tidak diperkenalkan sebagai mata pelajaran baru, melainkan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Kemenag telah menyiapkan buku panduan sebagai acuan bagi para pendidik dalam menyisipkan nilai-nilai cinta, toleransi, dan spiritualitas ke dalam proses pembelajaran.
Metode Pembelajaran yang Beragam
Strategi implementasi kurikulum ini disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Di tingkat Raudhatul Athfal (RA/PAUD), metode pembelajaran akan menggunakan permainan dan pembiasaan positif. Sementara itu, di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pendekatan berbasis pengalaman dan refleksi akan lebih ditekankan.
“Kami sudah melakukan riset dan survei terkait kondisi keberagaman di Indonesia, dan memang masih ada tantangan yang perlu kita hadapi bersama. Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi landasan utama untuk memperbaiki kondisi ini,” ujar Suyitno.
Langkah Implementasi dan Evaluasi
Sebagai langkah awal, Kemenag akan memberikan pendampingan kepada para pendidik dan menyiapkan instrumen evaluasi untuk mengukur keberhasilan Kurikulum Cinta secara berkelanjutan.
Dengan demikian, diharapkan kurikulum ini dapat membentuk generasi yang lebih toleran, peduli, dan mencintai sesama serta lingkungannya.
(nnz)