loading...
Guru Besar ITB Prof Brian Yuliarto. Foto/YouTube BRIN.
JAKARTA - Brian Yuliarto digadang-gadang akan dilantik menjadi Mendikti Saintek menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro. Brian Yuliarto adalah Guru Besar ITB dengan kontribusi yang besar di dunia penelitian, khususnya bidang Rekayasa Nanomaterial.
Presiden Prabowo Subianto dikabarkan akan melakukan reshuflle kabinet pada hari ini, Rabu (19/2/2025). Informasi yang beredar, Satryo Soemantri Brodjonegoro akan digeser dari jabatan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) yang baru diembannya selama lima bulan saja.
Baca juga: Mendikti Saintek Satryo Tinggalkan Kantor Pakai Mobil RI 25 di Tengah Isu Reshuffle Kabinet
Desas-desusnya yang akan menggantikan Satryo adalah akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yaitu Brian Yuliarto . Brian adalah Dekan Fakultas Teknologi Industri yang telah menyandang status Guru Besar.
Prestasi Brian Yuliarto
Meski belum ada pengumuman resmi, namun Brian Yuliarto dikabarkan sebagai kandidat kuat Mendikti Saintek yang bakal dilantik Rabu ini olehh Presiden Prabowo Subianto.
Dikutip dari YouTube BRIN, Prof. Brian Yuliarto, salah satu Guru Besar Institut Teknologi Bandung ( ITB ), dikenal sebagai pakar dalam bidang material fungsional maju. Lahir di Jakarta pada 20 Juli 1975, ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak kecil, Brian sudah menunjukkan prestasi akademik yang gemilang dengan selalu meraih peringkat pertama di sekolahnya.
Baca juga: Tiba di Istana, Yusuf Ateh Akan Dilantik sebagai Kepala BPKP
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan di Teknik Fisika ITB pada tahun 1994. Setelah menyelesaikan jenjang sarjana, Brian memperoleh beasiswa dari pemerintah Jepang untuk melanjutkan studi magister di Departemen Quantum Engineering and System Science, University of Tokyo. Tak berhenti di sana, gelar doktor di bidang rekayasa material juga ia raih dari universitas yang sama melalui beasiswa dari Jepang.
Usai menempuh pendidikan selama enam tahun di Jepang, Brian Yuliarto kembali ke ITB dan membangun Laboratorium Nanomaterial Maju (FPM). Laboratorium ini berfokus pada riset pengembangan material nano untuk aplikasi sensor dan energi.
Dalam perjalanan akademiknya, Prof. Brian telah menjalin kerja sama riset dengan berbagai institusi ternama dunia, di antaranya UC Berkeley (Amerika Serikat), KAIST (Korea Selatan), The University of Queensland (Australia), Nagoya University (Jepang), King Abdullah University of Science and Technology (Arab Saudi), dan NIMS Japan (Jepang).
Hingga kini, ia telah memiliki 14 Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dengan empat di antaranya berstatus granted. Dedikasi dan kontribusinya dalam dunia riset telah diakui melalui berbagai penghargaan bergengsi, di antaranya:
Akademisi Berprestasi ITB (2017)
Peneliti Terbaik ITB (2021)
Masuk dalam jajaran The World’s Top 2% Scientist 2022 versi Stanford University
Peringkat 1 peneliti bidang Nano Sciences dan Nanotechnology di Indonesia versi AD Scientific Index 2024.