Jakarta (pilar.id) – PT AirAsia Indonesia Tbk (kode saham: CMPP) mencatatkan kinerja positif pada Kuartal I 2025 dengan pendapatan mencapai Rp 1,99 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 14,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencerminkan keberhasilan strategi ekspansi rute internasional serta permintaan yang terus meningkat.
Rute internasional menjadi pendorong utama kinerja perusahaan, termasuk peluncuran rute baru Bali-Darwin yang menjadi sambungan ketiga Indonesia ke Australia, setelah Bali-Perth dan Bali-Cairns. Direktur Utama AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine, mengatakan bahwa koneksi ini tidak hanya mempererat hubungan bilateral, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi dan sektor pariwisata di kedua negara.
AirAsia Indonesia berencana meluncurkan rute keempatnya ke Australia, yakni Bali-Adelaide, pada Kuartal II 2025. Ekspansi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperluas konektivitas ke kawasan Asia-Pasifik, sekaligus menjaga keberlanjutan layanan penerbangan yang terjangkau.
Dari total pendapatan, sekitar Rp 1,65 triliun berasal dari penjualan tiket penerbangan, sedangkan Rp 339 miliar diperoleh dari pendapatan tambahan seperti layanan bagasi, makanan dalam penerbangan, dan layanan ancillary lainnya.
Didukung oleh 30 unit pesawat, AirAsia Indonesia mengoperasikan 7 rute domestik dan 26 rute internasional, dengan kapasitas mencapai 1,85 juta kursi. Sebanyak 1,53 juta penumpang berhasil dilayani sepanjang Kuartal I 2025, dengan tingkat keterisian kursi (load factor) mencapai 83 persen.
Kinerja keuangan turut didukung oleh peningkatan pendapatan per kilometer kursi tersedia (Revenue per Available Seat Kilometre/RASK) sebesar 6,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan penguatan nilai bisnis dan meningkatnya permintaan pasar.
Meskipun berhasil membukukan pendapatan yang tinggi, AirAsia Indonesia masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 710 miliar. Namun, angka ini membaik sebesar 8,5 persen dari Kuartal I 2024. Bila tidak memperhitungkan rugi selisih kurs, kerugian operasional menurun hingga 17,5 persen. Depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sebesar 4,1 persen (dari Rp 15.774 menjadi Rp 16.426 per 1 Dolar AS) turut menekan kinerja keuangan.
Veranita menjelaskan bahwa efisiensi biaya dan pengelolaan operasional menjadi fokus utama untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar. Langkah-langkah strategis lain mencakup penyesuaian jaringan rute, pengendalian biaya, serta sinergi dengan Grup AirAsia dalam pengelolaan kewajiban keuangan.
“Kami terus memperkuat fondasi bisnis jangka panjang melalui pengembangan jaringan internasional dan pemanfaatan Bali sebagai hub utama untuk menghubungkan Asia Tenggara dan Asia-Pasifik,” ujar Veranita.
AirAsia Indonesia kini berada dalam posisi strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan lebih luas. Konsolidasi penerbangan jarak pendek dan jauh dalam strategi terpadu Grup AirAsia juga diharapkan memberikan efisiensi skala, penyesuaian armada, serta peningkatan konektivitas Fly-Thru di rute regional dan internasional.
Dengan sinergi ini, AirAsia Indonesia optimis mampu meningkatkan daya saing dan memberikan layanan berkualitas kepada lebih banyak penumpang di masa mendatang. (ret/hdl)