Surabaya (pilar.id) – Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, menegaskan pentingnya industri halal sebagai salah satu kunci strategis dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju. Hal ini disampaikannya dalam kunjungannya ke Surabaya, di mana ia mendorong kemandirian dalam sektor-sektor halal seperti keuangan syariah, makanan dan minuman halal, fesyen muslim, hingga konten islami.
“Industri halal bukan hanya soal agama, tapi juga potensi ekonomi besar yang bisa mengangkat posisi Indonesia di kancah global,” ujar Gibran.
Menanggapi hal ini, Prof. Dr. Imron Mawardi, SP, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR), mengatakan bahwa Indonesia memang peluang besar karena mayoritas penduduknya beragama Islam.
“Pasar industri halal itu sangat besar, baik dari sisi konsumen maupun produsen. Dengan 230 juta penduduk Muslim, kita punya pasar domestik yang kuat dan juga potensi ekspor ke negara-negara mayoritas Muslim yang jumlahnya hampir dua miliar jiwa,” ungkap Prof Imron.
Tantangan Struktural Masih Menghambat
Meski potensinya besar, Indonesia masih menghadapi tantangan struktural yang cukup signifikan. Prof Imron menyebut, biaya produksi di Indonesia masih tinggi akibat struktur ekonomi biaya tinggi, termasuk margin pembiayaan yang lebih mahal dibanding negara pesaing seperti Thailand dan Vietnam.
“Industri halal di Indonesia masih didominasi oleh UMKM yang kurang efisien. Masalah produktivitas SDM, keterbatasan infrastruktur distribusi, dan logistik menyebabkan biaya produksi membengkak,” tambahnya.\
Meski belum diklasifikasi secara resmi sebagai sektor industri tersendiri, sektor-sektor halal seperti makanan, fashion muslim, farmasi, pariwisata halal, dan keuangan syariah telah memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
“Lebih dari 60 persen PDB nasional sejatinya berasal dari sektor yang termasuk dalam industri halal. Pemerintah perlu membentuk sentra industri halal untuk membantu UMKM lebih efisien, konsisten, dan siap ekspor,” jelas Prof Imron.
Langkah Strategis dan Kolaborasi Global
Untuk meningkatkan peringkat Indonesia dalam Global Islamic Economy Index, Prof Imron menyarankan penguatan pada enam sektor utama: keuangan syariah, makanan halal, fesyen muslim, farmasi dan kosmetik, serta media dan rekreasi.
“Inovasi harus dilakukan, tidak hanya pada produk, tapi juga proses bisnisnya. Pendanaan, produksi, hingga distribusi harus sesuai prinsip halal dan thayyib,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam pengakuan sertifikasi halal sebagai salah satu strategi non-tarif yang efektif.
“Sertifikasi halal bisa menjadi barrier to entry bagi produk asing dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global,” pungkasnya. (rio/ted)