Surabaya (pilar.id) – Pemerintah Kota Surabaya kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat persatuan dan kerukunan antarumat beragama melalui penyelenggaraan Lomba Paduan Suara Antar Gereja Se-Surabaya 2025 yang digelar di Gedung Balai Pemuda, Sabtu (4/10/2025).
Kegiatan ini bukan sekadar kompetisi vokal, melainkan ruang ekspresi keberagaman dan penguatan tali persaudaraan di antara jemaat gereja dari berbagai denominasi Kristen dan Katolik di Kota Pahlawan.
Sepuluh tim finalis tampil memukau dengan membawakan dua lagu—satu wajib berjudul Lukisan Indonesia, dan satu lagu rohani pilihan. Keunikan lomba tahun ini terletak pada keberagaman usia peserta, dari anak muda hingga lansia, serta aksi inklusif dari salah satu tim yang menyanyikan lagu sambil menggunakan bahasa isyarat, memungkinkan penonton disabilitas turut meresapi makna lirik yang dibawakan.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan bahwa kegiatan ini akan dijadikan agenda rutin tahunan, setara dengan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) bagi umat Muslim. Ia juga membuka peluang serupa bagi umat Hindu, Buddha, dan Konghucu di masa mendatang sebagai wujud kota yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan gotong royong.
“Kegiatan ini menunjukkan bahwa kita terus menguatkan tali persaudaraan, karena Surabaya adalah kota milik bersama. Persaudaraan ini tidak melihat agama atau suku, semuanya satu dalam bingkai NKRI,” tegas Eri.
Menurutnya, kegiatan berbasis keagamaan semacam ini berperan penting dalam membentuk generasi muda yang berkarakter dan berakhlak mulia. Ia berharap para peserta tidak hanya menjadi penyanyi berbakat, tetapi juga pemimpin masa depan yang membawa manfaat bagi warga Surabaya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Pemkot Surabaya memastikan para finalis tidak hanya berhenti di panggung lomba. Mereka akan dilibatkan dalam berbagai acara resmi pemkot, seperti kegiatan PKK hingga perayaan hari besar, sebagai bentuk penghargaan atas talenta dan dedikasi yang telah ditunjukkan.
Wali kota yang dikenal dengan sapaan Cak Eri ini juga mengajak seluruh tokoh agama untuk terus mendoakan agar Surabaya menjadi kota yang semakin kuat dalam toleransi, saling bantu, dan hidup berdampingan secara harmonis.
Sementara itu, Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya, Tundjung Iswandaru, menjelaskan bahwa lomba ini bertujuan mempererat semangat kebersamaan umat Kristiani sekaligus menjadi wadah pengembangan potensi seni vokal. Ia menambahkan bahwa tim juri berasal dari kalangan guru seni dan budaya di bawah Dinas Pendidikan Kota Surabaya, memastikan penilaian berlangsung objektif dan profesional.
Dalam babak final, setiap kelompok yang beranggotakan maksimal 22 orang, termasuk dirigen dan pengiring musik, tampil membawa semangat keberagaman yang harmonis. Sepuluh gereja yang masuk dalam daftar finalis adalah GPPS EL Battle Surabaya, Redemptor Mundi, HKBP Manyar, GKJW Wiyung, Gereja Kristus Raja, Gereja Katolik Paroki Santo Yusuf, GPIB Maranatha, Gereja Katolik Sakramen Maha Kudus, GPT Kristus Gembala, dan Gereja Katolik Santo Yosafat.
Melalui kegiatan ini, Surabaya kembali memperlihatkan jati dirinya sebagai kota toleran yang merayakan perbedaan sebagai kekuatan untuk bersatu. (rio)