Bandung (pilar.id) – Film 47 Meters Down: Uncaged yang dirilis pada 2019 menjadi sekuel mandiri dari film thriller laut 47 Meters Down (2017). Disutradarai oleh Johannes Roberts dan ditulis bersama Ernest Riera, film ini kembali mengangkat teror hiu di bawah permukaan laut, kali ini dalam konteks yang lebih ekstrem: reruntuhan kota kuno peradaban Maya.
Berbeda dengan film pertamanya, Uncaged menghadirkan jajaran pemain baru seperti Sophie Nélisse, Corinne Foxx, Brianne Tju, Sistine Stallone, dan Davi Santos. Film ini juga menjadi debut layar lebar bagi Foxx (putri Jamie Foxx) dan Stallone (putri Sylvester Stallone), menambah daya tarik tersendiri bagi penggemar film survival horror.
Kisahnya berpusat pada dua saudari tiri, Mia (Sophie Nélisse) dan Sasha (Corinne Foxx), yang bersama dua teman mereka, Alexa dan Nicole, nekat menyelam ke dalam reruntuhan kota Maya yang tenggelam.
Petualangan yang semula penuh rasa ingin tahu berubah menjadi mimpi buruk saat mereka terjebak di bawah air dan diburu kawanan hiu putih besar yang telah berevolusi di kegelapan gua selama berabad-abad.
Ketegangan meningkat dari menit ke menit. Setiap ruang sempit, gelembung udara terakhir, dan kegelapan dalam gua menciptakan atmosfer claustrophobic yang menegangkan. Roberts berhasil mempertahankan elemen tekanan psikologis dan rasa panik, meski kali ini skala ceritanya lebih besar dan visualnya lebih berani.
Film ini dipuji karena menghadirkan ketegangan visual lewat sinematografi bawah air yang menawan, meski beberapa kritikus menilai alur ceritanya klise dan terlalu mengandalkan jump scare.
Namun begitu, bagi penggemar genre shark thriller, Uncaged tetap menawarkan hiburan intens dengan ritme cepat dan aksi bertahan hidup yang mendebarkan.
Secara komersial, film ini sukses. Dengan anggaran sekitar 12 juta dolar AS, 47 Meters Down: Uncaged meraup lebih dari 47 juta dolar AS secara global. Film ini dirilis oleh Entertainment Studios di Amerika Serikat pada 16 Agustus 2019, dan tayang di berbagai negara termasuk Indonesia pada 23 Agustus 2019.
Sementara dari sisi kritik, hasilnya beragam. Situs Rotten Tomatoes mencatat rating 45% dari 87 ulasan, dengan konsensus bahwa film ini tidak seefisien hiu-hiu ganasnya, namun tetap cukup menghibur bagi pencinta thriller laut. Metacritic memberikan skor rata-rata 43/100, dan penonton CinemaScore menilai film ini dengan grade C+, mencerminkan opini campuran.
Dari sisi teknis, proses pengambilan gambar dilakukan di beberapa lokasi seperti Pinewood Indomina Studios (Republik Dominika) dan Pinewood Studios (Inggris). Efek bawah air dikerjakan dengan teknik pencahayaan natural yang memperkuat kesan isolasi, membuat penonton seolah ikut terperangkap bersama para tokohnya di kedalaman laut.
Dalam konteks produksi, film ini awalnya diberi judul 48 Meters Down sebelum akhirnya diubah menjadi 47 Meters Down: Uncaged. Kembalinya Roberts sebagai sutradara memberi kontinuitas artistik dari film pertama, sementara duo komposer Tomandandy menyumbang musik latar penuh ketegangan yang memperkuat suasana mencekam.
Secara naratif, Uncaged tak hanya menawarkan teror dari predator laut, tetapi juga metafora tentang keberanian, persaudaraan, dan perjuangan melawan rasa takut. Konflik emosional antara Mia dan Sasha menjadi inti yang menambah kedalaman cerita, menjadikannya lebih dari sekadar film tentang hiu.
Kini, 47 Meters Down: Uncaged juga bisa disaksikan di Netflix, menjadikannya tontonan populer bagi pecinta film horor bertema laut dan petualangan ekstrem. Meskipun bukan karya yang sempurna, film ini tetap menjadi contoh efektif bagaimana ketegangan dapat dibangun di ruang terbatas dengan ancaman mematikan yang tak terlihat.
47 Meters Down: Uncaged menunjukkan bahwa formula klasik film survival di bawah laut masih ampuh bila dikemas dengan visual modern dan elemen emosional yang kuat. Dibandingkan film pertamanya yang lebih sederhana, sekuel ini memperluas dunia cerita dengan sentuhan arkeologi dan mitologi Maya, meski harus mengorbankan sedikit kedalaman karakter. Film ini cocok bagi penonton yang mencari sensasi tegang tanpa terlalu menuntut kompleksitas naratif. (ret/hdl)