Menyulam Luka dengan Kata: Refleksi Kesehatan Jiwa Lewat Sastra di 1O1 Style Yogyakarta Malioboro

4 days ago 27

Yogyakarta (pilar.id) — Dalam rangka menyambut Hari Sumpah Pemuda 2025, 1O1 Style Yogyakarta Malioboro menggelar acara Breakfast Talk bertajuk “Menyulam Luka dengan Kata: Mind Programming dalam Sastra”, pada Sabtu, 25 Oktober 2025 di Amerta Restaurant.

Acara ini dikemas secara interaktif dan reflektif, membahas bagaimana kekuatan kata-kata dapat menjadi sarana penyembuhan dan refleksi diri.

Dua narasumber utama dihadirkan, yakni Dwi Sutarjantono, mind programmer, penulis, serta Sekretaris Umum Satupena DKI Jakarta, dan Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M.Hum., dosen FIB UGM sekaligus Ketua Komunitas Kagama Poetry Reading dengan tema “Kata-Kata yang Menguatkan: Healing dengan Sastra.”

Kata sebagai Sarana Menyembuhkan dan Menyatukan

Selama acara berlangsung, para tamu menikmati hidangan sarapan sambil mengikuti diskusi yang membahas peran bahasa dan sastra dalam proses penyembuhan emosional. Sesi ini juga melibatkan kegiatan self-healing berbasis karya sastra, seperti menulis puisi dan journaling, yang bertujuan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan jiwa melalui ekspresi kreatif.

“Setiap kata yang terucap memiliki energi tersendiri—bisa melukai, tapi juga menyembuhkan. Lewat sastra, kita belajar memilih kata positif, memahami makna perasaan, dan berdamai dengan hal-hal yang tak selalu bisa kita ucapkan langsung,” ujar Dwi Sutarjantono. Ia menambahkan, pikiran manusia secara alami menolak kalimat negatif, sehingga pemilihan kata positif menjadi kunci dalam proses penyembuhan diri.

Sementara itu, Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M.Hum. menjelaskan bahwa kegiatan menulis juga berfungsi sebagai terapi mental.

“Ketika seseorang menulis, ia sedang menata ulang pikirannya. Hal-hal yang semula terasa berat bisa berubah menjadi sesuatu yang lebih ringan dan bisa diterima. Inilah kekuatan sastra dalam menjaga kesehatan jiwa,” tuturnya.

Ia menambahkan, bentuk ekspresi literasi kini semakin luas, termasuk melalui caption media sosial dan platform digital seperti Instagram atau TikTok, yang dapat menjadi wadah untuk berbagi energi positif.

Dukungan Tokoh Humaniora dan Penguatan Nilai Nasionalisme

Acara ini juga dihadiri oleh Mahyudin Almudra, S.H., M.M., M.A., perwakilan dari Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, serta Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., Guru Besar Ilmu Sastra dan Gender FIB UGM sekaligus Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM.

Prof. Wening menegaskan pentingnya literasi dan ilmu humaniora sebagai fondasi kehidupan berbangsa. Menurutnya, energi positif yang lahir dari kata-kata dan karya sastra mampu melaraskan kehidupan sosial dan memperkuat semangat kebangsaan.

Sebagai penutup acara, para peserta berkesempatan membacakan puisi karya Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, dilanjutkan dengan penampilan musikalisasi puisi oleh mahasiswa FIB UGM, yang menambah nuansa reflektif dan emosional dalam kegiatan tersebut.

Sastra, Hospitality, dan Kesehatan Jiwa

Menurut Yewina Titta, Director of Sales & Marketing 1O1 Style Yogyakarta Malioboro, kegiatan ini bukan sekadar program hotel, melainkan wadah berbagi inspirasi.

“Kami ingin menghadirkan ruang bagi tamu untuk berdialog, berbagi perspektif, dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa,” ujarnya.

Sementara itu, AR Atik Damarjati, Hotel Manager 1O1 Style Yogyakarta Malioboro, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen memberikan pengalaman bermakna bagi para tamu.

“Melalui Breakfast Talk, kami ingin mengajak masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan jiwa melalui pendekatan sastra. Ini bukan hanya hospitality, tapi juga healing experience,” tuturnya.

Refleksi Sumpah Pemuda dan Kekuatan Bahasa

Melalui penyelenggaraan Breakfast Talk ini, 1O1 Style Yogyakarta Malioboro berupaya memperkuat semangat nasionalisme dan solidaritas sosial yang menjadi esensi Hari Sumpah Pemuda. Acara ini menegaskan bahwa bahasa dan sastra tidak hanya menjadi alat ekspresi, tetapi juga media penyembuhan, penghubung, dan pemersatu bangsa.

Kegiatan tersebut menjadi ruang reflektif bagi peserta untuk menyadari bahwa setiap kata memiliki kekuatan: bisa melukai, bisa menyembuhkan, dan bisa menyatukan. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |