Pendapatan AirAsia Indonesia Naik 20 Persen di 2024, Capai Rp 7,94 Triliun

3 days ago 17

Jakarta (pilar.id) – Maskapai penerbangan AirAsia Indonesia mencatatkan pendapatan sebesar Rp 7,94 triliun pada tahun 2024, meningkat 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 6,62 triliun. Peningkatan ini didorong oleh ekspansi rute internasional dan bertambahnya jumlah penumpang.

Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP), Veranita Yosephine, menyatakan bahwa sepanjang 2024, AirAsia terus memperluas jaringan penerbangannya dengan membuka beberapa rute baru, seperti Jakarta–Kota Kinabalu, Jakarta–Bandar Seri Begawan, Bali–Cairns, Bali–Phuket, Bali–Kota Kinabalu, Bali–Hong Kong, dan Jakarta–Hong Kong.

“Ekspansi ini tidak hanya meningkatkan kinerja operasional kami, tetapi juga memperkuat Bali sebagai hub utama yang mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian di berbagai destinasi,” ujar Veranita.

Ekspansi Internasional dan Konektivitas Domestik

Memasuki tahun 2025, AirAsia Indonesia berencana memperkuat jaringan penerbangannya, termasuk mengeksplorasi peluang ekspansi rute internasional ke Australia serta meningkatkan konektivitas domestik.

Maskapai juga akan mengembangkan layanan fly-thru, yang memungkinkan penumpang melakukan perjalanan transit dengan lebih mudah.

Veranita menambahkan bahwa AirAsia Indonesia (kode penerbangan QZ) mencatat prestasi membanggakan di 2024 dengan menempati peringkat ke-8 dalam daftar Top 10 Low-Cost Carriers in the World versi Cirium On-Time Performance Review.

Kinerja Operasional: Penumpang dan Load Factor Naik

Pada tahun 2024, AirAsia Indonesia mengangkut 6,61 juta penumpang, naik 7 persen dibandingkan 6,18 juta penumpang pada 2023. Pertumbuhan ini juga didukung oleh peningkatan kapasitas dan jumlah penerbangan masing-masing sebesar 4 persen.

Mayoritas pendapatan AAID/CMPP berasal dari operasi penerbangan, masing-masing  penjualan tiket pesawat: Rp 6,73 triliun dan  pendapatan tambahan (bagasi, layanan penerbangan, kargo, charter, dan lainnya): Rp 1,21 triliun.

Dengan 24 pesawat yang beroperasi, AirAsia Indonesia mencatat tingkat keterisian penumpang (load factor) sebesar 87 persen, naik dari 85 persen pada 2023.

Selain itu, pendapatan per kilometer kursi yang tersedia (RASK) naik 6 persen, lebih tinggi dibandingkan kenaikan biaya operasional per kilometer kursi (CASK) yang hanya naik 1 persen, menandakan efisiensi operasional yang lebih baik.

Kerugian Rp 1,53 Triliun Akibat Pelemahan Rupiah

Meskipun mencatat pertumbuhan pendapatan, AirAsia Indonesia menutup tahun 2024 dengan kerugian Rp 1,53 triliun. Salah satu penyebab utama adalah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, yang berdampak pada rugi selisih kurs.

“Tanpa rugi selisih kurs, hasil operasional kami sebenarnya mencatatkan perbaikan keuntungan sebesar 23 persen dibandingkan 2023,” jelas Veranita.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS tercatat melemah 5 persen, dari Rp 15.219 menjadi Rp 15.906 per Dolar AS, menyebabkan rugi selisih kurs sebesar Rp 580 miliar, atau sekitar 38 persen dari total kerugian.

Strategi Ke Depan: Efisiensi dan Optimalisasi Rute

Untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan meningkatkan kualitas layanan, AirAsia Indonesia menerapkan berbagai strategi, termasuk efisiensi biaya, optimalisasi rute dan kapasitas penerbangan, hingga kerja sama dengan Grup AirAsia dalam negosiasi dan restrukturisasi liabilitas.

Didukung oleh load factor yang tinggi, ketepatan waktu yang baik, dan ekspansi rute internasional, khususnya ke kota-kota kedua di Australia, AirAsia Indonesia optimistis dapat terus bertumbuh dan meningkatkan pengalaman perjalanan bagi pelanggan. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |