Shinta W. Kamdani: Indonesia Incorporated Jadi Kunci Lapangan Kerja dan Ketahanan Ekonomi

8 hours ago 8

Jakarta (pilar.id) — Universitas Paramadina kembali menggelar forum diskusi inspiratif bertajuk Meet the Leaders, yang kali ini mengusung tema Indonesia Incorporated: Driving Job Creation and Economic Resilience in an Era of Global Uncertainty.

Diskusi menghadirkan Shinta W. Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), sebagai narasumber utama.

Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Benny Subianto, Kampus Kuningan Universitas Paramadina, ini dibuka oleh Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D., dan dipandu oleh Wijayanto Samirin, MPP.

Indonesia Incorporated: Bukan Sekadar Gotong Royong

Dalam paparannya, Shinta W. Kamdani menjelaskan bahwa konsep Indonesia Incorporated bukan sekadar semangat kebersamaan, tetapi strategi kolektif yang terstruktur.

“Konsep ini berarti kita semua pemegang saham dalam pembangunan ekonomi. Kita punya hak dan kewajiban. Hak untuk menyuarakan, dan kewajiban untuk membesarkan korporasi bangsa,” ujar Shinta.

Sebagai CEO Sintesa Group, Shinta juga menekankan pentingnya transformasi menuju Indonesia yang adil dalam kesempatan, maju dalam karya, hijau dalam alam, dan bersatu dalam keberagaman.

Tantangan Struktural dalam Penciptaan Lapangan Kerja

Shinta memaparkan data yang mencerminkan tantangan serius dalam sektor ketenagakerjaan.

  • Kebutuhan lapangan kerja 2024: 12,2 juta orang
  • Ketersediaan lapangan kerja baru: 4,4 juta
  • Jumlah pengangguran: 7,8 juta
  • Yang terserap: 4,8 juta

“Artinya ada masalah struktural yang tidak bisa diatasi hanya dengan solusi parsial,” jelasnya.

Kualitas SDM dan Ketimpangan Partisipasi

Masalah lain adalah kualitas tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Dari total lulusan:

  • 36,5 persen hanya berpendidikan SD
  • Lulusan S1 hanya 12 persen
  • Partisipasi tenaga kerja wanita hanya 56,42 persen, jauh tertinggal dibanding laki-laki yang mencapai 84,66 persen.

“Kita harus investasi serius pada pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri,” tegas Shinta.

Sektor Informal dan Wirausaha yang Belum Inovatif

Menurut Shinta, sektor informal masih mendominasi struktur ekonomi nasional, bahkan mencapai 60–70 persen menurut data ILO. Sebagian besar diisi oleh UMKM.

  • Jumlah UMKM aktif: 56 juta
  • Tingkat wirausaha sejati di Indonesia: hanya 3,5 persen
  • Thailand: 4,8 persen
  • Singapura: 11–12 persen

“Banyak UMKM belum bisa disebut wirausaha karena belum berinovasi. Padahal inovasi adalah roh dari kewirausahaan,” ujarnya.

Pesan Penting: Inovasi dan Kolaborasi Adalah Kunci

Sebagai penutup, Shinta menekankan pentingnya memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan—pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan akademisi—dalam menghadapi ketidakpastian global.

“Indonesia Incorporated adalah tentang membangun bangsa secara kolektif. Jika ini dijalankan serius, kita bukan hanya bisa menciptakan lapangan kerja, tapi juga membangun ketahanan ekonomi jangka panjang,” pungkasnya.

Forum Meet the Leaders merupakan inisiatif Universitas Paramadina untuk mempertemukan mahasiswa, akademisi, dan tokoh-tokoh nasional dalam diskusi terbuka mengenai isu-isu strategis bangsa. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |