Surabaya (pilar.id) – Gigitan hewan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, baik di rumah, lingkungan sekitar, maupun saat traveling. Tidak hanya dari hewan liar, gigitan juga bisa berasal dari hewan peliharaan, seperti kucing, anjing, hamster, bahkan otter.
Jika tidak ditangani dengan benar, luka akibat gigitan berisiko terinfeksi bakteri atau virus yang dapat menyebabkan rabies, tetanus, hingga sepsis.
Menurut dr. Kurnia Alisaputri, SpPD, Dosen Kedokteran FIKKIA, risiko manusia mengalami gigitan hewan semakin meningkat karena interaksi yang lebih intens dengan berbagai jenis hewan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami cara penanganan yang benar agar terhindar dari infeksi serius.
“Kita tidak tahu jenis kuman yang hidup pada hewan penggigit. Bisa saja terdapat infeksi zoonosis yang dapat menular ke korban gigitan,” jelasnya.
Langkah Penanganan Luka Gigitan Hewan
1. Segera Cuci Luka dengan Air Mengalir
Setelah tergigit, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencuci luka dengan air mengalir dan sabun. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri dan virus yang terbawa air liur hewan.
Gunakan antiseptik non-korosif, seperti iodine, untuk membunuh kuman. Jika luka berupa tusukan dalam, pasien bisa membuka area luka sambil membilasnya agar agen patogen ikut keluar.
“Selama proses pembersihan, penting untuk membuka luka bekas gigitan agar bakteri bisa dikeluarkan,” kata dr. Kurnia, yang juga dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD Blambangan Banyuwangi.
Jika luka cukup luas, tutuplah dengan kain bersih sebelum pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk menghindari kontaminasi sekunder.
2. Segera Datang ke Fasilitas Kesehatan
Golden time untuk menangani luka gigitan adalah tiga jam setelah kejadian. Penelitian menunjukkan bahwa penanganan dalam rentang waktu ini dapat mencegah infeksi hingga 100 persen.
Khusus untuk gigitan ular, korban harus segera mendapatkan pertolongan medis tanpa menunggu waktu lama. Dokter akan mengevaluasi kondisi luka dan menentukan apakah pasien membutuhkan vaksin anti-rabies, antidot bisa, atau suntikan imunoglobulin rabies.
“Jika pasien sudah mendapatkan vaksin rabies sebelumnya, injeksi anti-rabies diberikan dua kali pada hari ke-0 dan ke-3. Jika belum, vaksinasi akan diberikan lima kali, yaitu pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 28, khusus untuk pasien dengan sistem imun lemah,” tambah dr. Kurnia.
Pencegahan Gigitan Hewan
Untuk mengurangi risiko gigitan dan penyebaran penyakit zoonosis, pemilik hewan peliharaan harus memastikan hewan mereka sudah divaksinasi rabies.
Bagi orang yang sering berinteraksi dengan hewan atau melakukan perjalanan ke daerah endemik rabies, dr. Kurnia menyarankan untuk mendapatkan vaksin pencegahan sebelum bepergian.
“Hindari kontak langsung dengan hewan liar atau yang berisiko tinggi. Jika traveling ke daerah endemik rabies, pastikan sudah mendapatkan vaksinasi,” tegasnya.
Dengan memahami cara penanganan yang benar dan melakukan tindakan pencegahan, perjalanan dan aktivitas sehari-hari bisa tetap aman dan bebas dari risiko penyakit akibat gigitan hewan. (ret/hdl)