3 Perilaku yang Wajib Dihindari Saat Berinvestasi, Bisa Bikin Rugi jika Tak Hati-hati!

1 week ago 21

Jakarta (pilar.id) – Di tengah laju inflasi yang terus meningkat, berinvestasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Tanpa investasi, nilai uang akan terus tergerus seiring waktu. Contohnya, Rp100.000 yang dulu bisa mencukupi kebutuhan hidup selama seminggu di tahun 1990-an, kini hanya cukup untuk beberapa kali makan.

Investasi menjadi sarana penting untuk menjaga daya beli, menumbuhkan kekayaan, dan membangun masa depan finansial yang stabil. Kini, masyarakat memiliki berbagai pilihan instrumen, mulai dari emas, properti, hingga saham, obligasi, reksadana, bahkan kripto. Namun, sukses dalam berinvestasi tak hanya soal memilih instrumen yang tepat, tapi juga memahami dan mengelola perilaku kita sendiri sebagai investor.

Menurut Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), terdapat tiga jenis bias perilaku yang umum dialami investor dan bisa mengarah pada keputusan investasi yang merugikan:

1. Overconfidence: Terlalu Percaya Diri, Lupa Risiko

Bias overconfidence atau kepercayaan diri berlebihan membuat investor merasa mampu memprediksi arah pasar dengan akurat. Hal ini sering menyebabkan mereka mengabaikan risiko, meremehkan data yang bertentangan dengan keyakinan mereka, dan melakukan transaksi terlalu sering.

“Investor yang overconfident cenderung melakukan trading lebih agresif karena yakin bisa untung besar dalam waktu singkat, padahal ini meningkatkan biaya transaksi dan risiko kerugian,” jelas Freddy.

Ia menyarankan agar investor tetap tenang, belajar dari berbagai perspektif terpercaya, dan berpegang pada strategi jangka panjang dengan pengelolaan risiko yang baik.

2. Loss Aversion: Takut Rugi, Lewatkan Kesempatan

Sebaliknya dari overconfidence, perilaku loss aversion atau ketakutan berlebih terhadap kerugian membuat seseorang enggan mengambil risiko, bahkan dalam investasi yang berpotensi menguntungkan. Banyak dari mereka memilih menyimpan uang di tabungan yang nilainya stagnan, ketimbang menghadapi fluktuasi pasar.

“Bias ini sering disebabkan oleh minimnya informasi. Padahal, di era digital seperti sekarang, akses edukasi finansial sangat mudah. Hanya butuh kemauan untuk belajar,” tambah Freddy.

3. Herding Mentality: Ikut Tren Tanpa Analisis

Perilaku ini terjadi ketika investor mengikuti mayoritas tanpa mempertimbangkan profil risiko dan tujuan pribadi. Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam market bubble atau tren sesaat yang berujung kerugian besar saat harga turun drastis.

“Setiap investor memiliki profil dan kebutuhan yang unik. Maka, keputusan investasi seharusnya didasarkan pada riset dan pemahaman diri, bukan sekadar mengikuti tren,” ujar Freddy.

Pengetahuan Adalah Investasi Terpenting

Menurut laporan Hootsuite 2024, rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 7 jam sehari di internet dan 3 jam di media sosial. Freddy menekankan bahwa jika hanya 30 menit saja dialokasikan untuk belajar investasi setiap hari, maka siapa pun bisa membangun pengetahuan yang mumpuni demi masa depan yang lebih baik.

“Investasi bukan hanya soal menambah uang, tapi juga menciptakan keamanan finansial untuk diri sendiri dan keluarga,” katanya.

Investasi yang Bijak Dimulai dari Diri Sendiri

Investasi adalah alat penting untuk mencapai kesejahteraan jangka panjang. Namun, tanpa pengendalian perilaku, potensi kerugian bisa lebih besar dari yang dibayangkan. Kenali dan kelola bias perilaku seperti overconfidence, loss aversion, dan herding, serta tingkatkan literasi keuangan secara konsisten.

Dengan strategi yang tepat dan pengetahuan yang terus diasah, setiap orang memiliki peluang untuk meraih masa depan finansial yang lebih cerah. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |