Angka Prediabetes Dewasa Muda Meningkat, Dosen UNAIR Soroti Pentingnya Gaya Hidup Sehat

1 week ago 25

Surabaya (pilar.id) – Angka prediabetes di kalangan dewasa muda di Jawa Timur mengalami peningkatan signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa 54,8 persen individu berusia 19 hingga 25 tahun berada dalam kondisi prediabetes.

Fakta ini menjadi perhatian serius kalangan akademisi dan tenaga kesehatan, mengingat prediabetes kerap tidak disadari oleh penderitanya.

Dosen Fakultas Keperawatan (FKP) Universitas Airlangga (UNAIR), Ika Nur Pratiwi, SKep Ns MKep, menegaskan bahwa kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan.

Ia menjelaskan bahwa prediabetes merupakan tahap awal dari gangguan metabolik yang dapat berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 jika tidak segera ditangani.

“Jika tidak ditangani, sekitar 70 persen penderita prediabetes berisiko berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam beberapa tahun ke depan,” jelas Ika.

Menurut Ika, prediabetes adalah kondisi di mana kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal, namun belum mencapai ambang batas diabetes melitus tipe dua. Berdasarkan standar American Diabetes Association (ADA), kadar gula darah puasa antara 100 hingga 125 mg/dL mengindikasikan prediabetes.

Surabaya Jadi Kota dengan Risiko Tertinggi

Dari hasil pemeriksaan gula darah puasa, prevalensi prediabetes di kalangan dewasa muda di Jawa Timur tercatat lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya mencapai 26,3 persen.

Surabaya disebut sebagai kota dengan tingkat diabetes tertinggi di provinsi tersebut, memperkuat kekhawatiran akan tren peningkatan prediabetes di daerah perkotaan.

Gaya Hidup Sedentari dan Konsumsi Makanan Tidak Sehat Jadi Penyebab

Ika menyoroti perubahan pola hidup dewasa muda sebagai salah satu pemicu utama peningkatan kasus prediabetes. Gaya hidup sedentari, konsumsi makanan tinggi gula dan kalori, serta minimnya aktivitas fisik disebut sebagai penyebab utama.

“Banyak anak muda yang kini terbiasa dengan makanan cepat saji, kurang olahraga, dan mengalami stres tinggi. Kombinasi ini sangat berisiko memicu prediabetes,” tambahnya.

Selain itu, minimnya edukasi dan kesadaran masyarakat tentang gejala prediabetes turut memperburuk kondisi ini. Padahal, kondisi tersebut bisa memicu komplikasi serius seperti gangguan jantung dan kerusakan ginjal.

Pentingnya Deteksi Dini dan Perubahan Gaya Hidup

Sebagai langkah pencegahan, Ika menganjurkan masyarakat – terutama yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) tinggi atau riwayat keluarga dengan diabetes – untuk rutin melakukan skrining gula darah puasa (Impaired Fasting Glucose/IFG).

“Pola makan sehat, olahraga teratur, dan manajemen stres harus mulai diterapkan sejak dini. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang,” pungkasnya.

Dengan meningkatnya angka prediabetes pada usia muda, perubahan gaya hidup menjadi langkah kunci untuk mencegah lonjakan kasus diabetes melitus di masa depan. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |