Banjir Rob Kian Mengancam Pesisir, Akademisi Ingatkan Risiko Serius bagi Surabaya Utara

2 days ago 12

Surabaya (pilar.id) – Fenomena banjir rob dilaporkan semakin sering terjadi di berbagai wilayah pesisir Indonesia dan memberikan dampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat. Meski dipicu oleh proses alam berupa pasang air laut, banjir rob kini dipandang sebagai bentuk bencana yang perlu diantisipasi secara serius, khususnya di kawasan pesisir dengan tingkat kerentanan tinggi.

Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Dr Eng Sapto Andriyono, S.Pi., M.T., menjelaskan bahwa banjir rob umumnya terjadi di wilayah pesisir yang memiliki elevasi lebih rendah dibandingkan muka pasang laut maksimum. Kondisi tersebut banyak dijumpai di pesisir utara Pulau Jawa, termasuk sejumlah kawasan di Surabaya Utara yang secara topografi berada di bawah level pasang tertinggi air laut.

Sapto Andriyono menguraikan bahwa tidak semua wilayah pesisir terdampak banjir rob, namun daerah dengan kontur tanah rendah memiliki tingkat risiko yang jauh lebih tinggi. Di Surabaya Utara, sejumlah titik pesisir telah berada pada kondisi kritis sehingga mudah tergenang saat terjadi pasang laut tinggi.

Ia juga menyoroti bahwa durasi genangan banjir rob cenderung semakin lama ketika bertepatan dengan musim hujan. Kombinasi antara pasang laut dan curah hujan tinggi membuat air sulit surut, sehingga berdampak langsung pada aktivitas ekonomi, sosial, hingga kegiatan pendidikan masyarakat pesisir.

Selain faktor alam, banjir rob turut diperparah oleh masifnya alih fungsi lahan di kawasan pesisir. Sapto Andriyono menilai bahwa banyak area yang seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan, termasuk kawasan hutan mangrove, telah berubah menjadi permukiman, pergudangan, maupun kawasan industri. Hilangnya ruang resapan tersebut menyebabkan tekanan air laut ke daratan semakin besar.

Menurutnya, hutan mangrove memiliki peran strategis sebagai benteng alami dalam meredam banjir rob. Ekosistem mangrove dinilai memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas dan mampu menahan laju air laut sebelum mencapai wilayah permukiman. Oleh karena itu, penguatan dan perluasan sabuk hijau mangrove di wilayah pesisir Surabaya dinilai menjadi langkah penting dalam upaya mitigasi jangka panjang.

Terkait solusi teknis, Sapto Andriyono mengingatkan bahwa pembangunan tanggul laut tidak selalu menjadi jawaban utama. Struktur beton di kawasan pesisir berpotensi mengubah pola arus dan gelombang laut, yang pada akhirnya dapat memicu erosi atau sedimentasi di wilayah lain. Selain itu, pembangunan masif juga mempercepat proses penurunan muka tanah atau land subsidence.

Ia mengungkapkan bahwa sejumlah kajian memprediksi sebagian wilayah pesisir utara Jawa berisiko mengalami kehilangan daratan dalam beberapa dekade ke depan apabila laju penurunan tanah tidak dikendalikan. Kondisi tersebut diperburuk oleh intrusi air laut yang semakin jauh masuk ke daratan, sehingga menggeser akuifer air tawar dan menyulitkan masyarakat pesisir dalam memperoleh sumber air bersih dari tanah.

Sebagai langkah mitigasi, Sapto Andriyono menekankan pentingnya edukasi masyarakat pesisir serta perencanaan tata kota yang lebih berpihak pada keberlanjutan ekosistem. Penanganan banjir rob, menurutnya, tidak dapat hanya mengandalkan pendekatan struktural, melainkan harus disertai kebijakan tata ruang dan perlindungan lingkungan pesisir yang berkelanjutan. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |