Jakarta (pilar.id) – Dirilis pada 27 Juni 2003, Charlie’s Angels: Full Throttle merupakan sekuel dari film Charlie’s Angels (2000) dan bagian kedua dari trilogi aksi komedi spionase yang terinspirasi dari serial televisi populer era 1970-an.
Disutradarai oleh McG dan dibintangi oleh trio Cameron Diaz, Drew Barrymore, dan Lucy Liu, film ini menyuguhkan aksi seru penuh gaya serta bumbu komedi yang segar.
Kisah Seru Para Malaikat Charlie
Film ini dibuka dengan aksi penyelamatan dramatis di Mongolia, di mana para “Angels” — Natalie (Cameron Diaz), Dylan (Drew Barrymore), dan Alex (Lucy Liu) — bersama Bosley baru, Jimmy (Bernie Mac), membebaskan seorang U.S. Marshal.
Misi mereka berkembang menjadi perburuan dua cincin titanium yang menyimpan data rahasia program perlindungan saksi Departemen Kehakiman AS.
Konflik memanas saat Dylan menyadari bahwa dirinya adalah target utama karena masa lalunya sebagai saksi terhadap mantan kekasihnya, pemimpin mafia Irlandia Seamus O’Grady (Justin Theroux). Kejutan lain muncul dari Madison Lee (Demi Moore), mantan Angel yang berbalik menjadi musuh dan dalang di balik pencurian cincin tersebut.
Aksi, Nostalgia, dan Cameo Mengejutkan
Selain aksi dan teknologi canggih khas film spionase, Full Throttle juga menawarkan nostalgia melalui penampilan cameo Jaclyn Smith sebagai Kelly Garrett dari serial orisinal Charlie’s Angels. Film ini juga menampilkan sederet bintang lain seperti Luke Wilson, Matt LeBlanc, Shia LaBeouf, hingga cameo mengejutkan dari Bruce Willis dan Carrie Fisher.
Salah satu sorotan menarik adalah karakter Thin Man (Crispin Glover), yang kembali dari film pertama, kali ini dengan latar belakang lebih dalam dan hubungan emosional yang tidak terduga dengan para Angels.
Fakta Menarik di Balik Layar
Beberapa adegan dalam film ini menyertakan referensi dan parodi terhadap film serta serial lain, seperti CSI: Crime Scene Investigation dan Cape Fear. Lagu tema “Feel Good Time” dibawakan oleh Pink, yang juga muncul sebagai cameo.
Demi Moore dilaporkan memang ditulis khusus untuk memerankan Madison Lee. Peran ini memperlihatkan sisi antagonis seorang mantan Angel yang merasa tidak pernah mendapatkan pengakuan yang layak.
Respon Publik dan Kritik
Dengan anggaran produksi sebesar USD 120 juta, Full Throttle meraih pendapatan global sebesar USD 259 juta, sedikit di bawah pendapatan film pertamanya. Di pekan pembukaan, film ini memimpin box office Amerika dengan perolehan USD 37,6 juta.
Namun dari segi kritik, film ini mendapat respons campuran. Rotten Tomatoes mencatatkan rating 41 persen dari 186 ulasan, sementara Metacritic memberikan skor 48/100. Beberapa kritikus menyebut film ini lebih menonjolkan “eye candy” ketimbang plot yang kuat.
Meski demikian, Roger Ebert memberikan skor 2½ dari 4 bintang dan mengapresiasi semangat para pemeran utama. Variety memuji film ini sebagai “lebih besar, lebih licin, dan lebih baik dari film pertamanya”.
Aksi Tanpa Henti dengan Sentuhan Humor dan Hati
Di tengah plot penuh kejutan dan aksi nonstop, Charlie’s Angels: Full Throttle tetap mempertahankan daya tarik utamanya: kekompakan dan chemistry trio Angel. Film ini bukan hanya tentang ledakan dan kejar-kejaran, tetapi juga tentang persahabatan, pengorbanan, dan kepercayaan diri perempuan.
Bagi penonton yang mencari tontonan penuh aksi dan visual memukau tanpa perlu berpikir terlalu dalam, film ini tetap menjadi pilihan yang menghibur. Meski kritik datang dari sisi cerita yang dianggap klise, karisma para bintang utamanya menjadi kekuatan yang tidak bisa diabaikan.
Apakah Anda penggemar aksi seru ala Hollywood dengan sentuhan nostalgia dan kemewahan produksi? Charlie’s Angels: Full Throttle mungkin bukan film paling dalam secara naratif, tetapi tetap menjadi ikon pop kultur awal 2000-an yang patut dikenang. (ret)