Jakarta (pilar.id) – Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) melakukan perombakan besar dalam jajaran pengurusnya. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Rabu (15/10/2025) pukul 14.00 WIB.
Dalam rapat tersebut, pemegang saham memutuskan untuk memberhentikan Wamildan Tsani dari jabatan Direktur Utama. Posisi tersebut kini resmi digantikan oleh Glenny H. Kairupan, yang sebelumnya menjabat sebagai komisaris Garuda Indonesia.
Selain itu, RUPSLB juga menyetujui pengangkatan Thomas Sugiarto Oentoro sebagai Wakil Direktur Utama. Dua nama baru warga negara asing turut masuk ke jajaran direksi, yaitu Balagopal Kunduvara dan Neil Raymond Mills.
Sementara itu, posisi komisaris yang kosong diisi oleh Frans Dicky Tamara. Dengan demikian, susunan Direksi dan Dewan Komisaris Garuda Indonesia setelah RUPSLB adalah sebagai berikut:
Direksi Garuda Indonesia
- Direktur Utama: Glenny H. Kairupan
- Wakil Direktur Utama: Thomas Sugiarto Oentoro
- Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko: Balagopal Kunduvara
- Direktur Niaga: Reza Aulia Hakim
- Direktur Operasi: Dani Haikal Iriawan
- Direktur Teknik: Mukhtaris
- Direktur Human Capital & Corporate Service: Eksitarino Irianto
- Direktur Transformasi: Neil Raymond Mills
Dewan Komisaris Garuda Indonesia
- Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen: Fadjar Prasetyo
- Komisaris: Chairal Tanjung
- Komisaris: Frans Dicky Tamara
- Komisaris Independen: Mawardi Yahya
Kinerja Keuangan Masih Tertekan
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025, Garuda Indonesia masih mencatatkan kinerja yang belum optimal. Perseroan membukukan kerugian sebesar USD142,8 juta, meningkat 41,37 persen dibandingkan kerugian USD100,3 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan kinerja tersebut sejalan dengan turunnya pendapatan. Hingga Juni 2025, pendapatan Garuda Indonesia turun 4,48 persen menjadi USD1,54 miliar, dari USD1,62 miliar pada semester I 2024.
Meski demikian, terdapat pertumbuhan positif pada segmen penerbangan tidak berjadwal (termasuk haji dan charter) yang meningkat 15,66 persen menjadi USD205,83 juta dari USD177,96 juta.
Pendapatan lain-lain seperti pemeliharaan pesawat, jasa boga, biro perjalanan, dan layanan penerbangan berkontribusi USD158,20 juta sepanjang semester I 2025.
Garuda Indonesia juga berhasil menekan beban usaha menjadi USD1,50 miliar, turun dari USD1,53 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Total aset perusahaan tercatat USD6,51 miliar per Juni 2025, sedikit turun dibanding USD6,61 miliar di akhir Desember 2024.
Dengan restrukturisasi manajemen ini, Garuda Indonesia diharapkan dapat memperkuat kinerja bisnis serta mempercepat transformasi menuju profitabilitas berkelanjutan di tengah dinamika industri penerbangan global. (ret)