Kenaikan Tarif Impor AS Picu Lonjakan Biaya Properti, Industri dan Konsumen Terdampak

19 hours ago 15

Washington DC (pilar.id) – Pemerintah Amerika Serikat kembali menaikkan tarif impor terhadap sejumlah produk penting seperti kayu, furnitur, dan kabinet dapur, dari semula 10 persen menjadi 50 persen. Kebijakan ini memicu kritik luas karena dinilai akan memperburuk beban ekonomi masyarakat dan menghambat industri yang bergantung pada bahan baku impor.

Ketua National Association of Home Builders (NAHB), Buddy Hughes, mengatakan kepada AFP bahwa langkah tersebut akan “menambah hambatan bagi pasar perumahan yang sudah menghadapi tantangan berat,” karena berpotensi menaikkan biaya konstruksi dan renovasi rumah di seluruh negeri.

Selama beberapa tahun terakhir, pasar properti AS memang mengalami pelemahan akibat tingginya suku bunga hipotek dan keterbatasan pasokan rumah, yang mendorong kenaikan harga secara signifikan bagi pembeli.

Tarif Baru Tekan Industri Manufaktur dan Konsumen

Kenaikan tarif ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri manufaktur dan ekonom. Tarif yang lebih tinggi berisiko meningkatkan biaya produksi, memperlambat pembangunan perumahan, dan akhirnya menambah beban finansial bagi masyarakat.

Arin Schultz, Chief Growth Officer di produsen kasur dan furnitur ramah lingkungan Naturepedic, mengatakan kepada The New York Times bahwa perusahaannya telah menaikkan harga untuk menutupi kenaikan tarif dan bahkan mempertimbangkan untuk mengganti pemasok.

Naturepedic, yang berbasis di Chagrin Falls, Ohio, mengimpor material dan furnitur dari Sri Lanka, Vietnam, dan Pakistan. Schultz menuturkan bahwa perusahaan sebenarnya sudah berencana menaikkan harga sebesar 5 hingga 10 persen bahkan sebelum tarif baru diberlakukan karena stok yang menipis.

“Kami tidak ingin sepenuhnya membebankan kenaikan biaya kepada konsumen,” ujarnya. “Kami tetap akan menanggung sebagian dari dampaknya.”

Analis: Bertolak Belakang dengan Tujuan Akses Rumah Terjangkau

Menurut Daryl Fairweather, Kepala Ekonom di perusahaan real estat Redfin, tarif baru tersebut justru bertolak belakang dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan keterjangkauan harga rumah.
“Pada akhirnya, kebijakan ini akan membuat semakin sedikit rumah yang dibangun,” kata Fairweather.

Sementara itu, Anirban Basu, Kepala Ekonom di Associated Builders and Contractors, menilai bahwa meskipun kebijakan ini bisa memberikan keuntungan bagi sebagian produsen lokal seperti pembuat kabinet dan tukang kayu, tingginya biaya tenaga kerja di AS akan menyulitkan perpindahan produksi dari luar negeri ke dalam negeri. “Prospek relokasi produksi ke Amerika sangat tipis,” ujarnya.

Reaksi Internasional: Kanada dan Ikea Menentang

Kebijakan tarif baru tersebut juga menuai penolakan internasional. Kanada, salah satu pemasok kayu terbesar ke AS, serta raksasa furnitur asal Swedia, Ikea, sama-sama menyuarakan keberatan terhadap langkah ini.

Tarif 10 persen atas kayu lunak (softwood lumber) asal Kanada membuat harga kayu impor ke AS melonjak lebih dari 45 persen.

Dewan Perdagangan Kayu British Columbia (BC Lumber Trade Council) menyebut kebijakan itu “tidak perlu dan menyesatkan.”

“Kebijakan ini hanya akan menambah tekanan pada pasar Amerika Utara, mengancam lapangan kerja di kedua negara, dan memperparah krisis pasokan perumahan di AS,” ungkap lembaga tersebut.

Ekonom dari Capital Economics, Stephen Brown, memperkirakan bahwa karena sekitar 30 persen kayu AS berasal dari Kanada, tambahan tarif 10 persen tersebut bisa menaikkan biaya pembangunan rumah rata-rata hingga USD 2.200.

Ikea juga menyatakan bahwa tarif terhadap produk furnitur menghambat operasional bisnisnya.
“Tarif ini memengaruhi bisnis kami seperti halnya perusahaan lain, dan kami terus memantau situasi yang berkembang,” kata pernyataan resmi Ikea.

Kebijakan tarif baru ini memperlihatkan dilema antara perlindungan industri domestik dan stabilitas ekonomi rumah tangga. Sementara produsen lokal berpotensi mendapat dorongan jangka pendek, konsumen dan sektor properti diperkirakan akan menghadapi tekanan biaya yang lebih berat dalam waktu panjang. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |