Banyuwangi (pilar.id) – Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi menggelar kegiatan field trip sekaligus pengabdian masyarakat di kawasan wisata Gunung Ijen. Kegiatan ini difokuskan pada pengecekan kesehatan pendaki dan identifikasi risiko kesehatan yang mungkin terjadi selama aktivitas mendaki.
Kegiatan dilaksanakan selama dua pekan, yakni pada 23 dan 30 Mei 2025 (Jumat) serta 24 dan 31 Mei 2025 (Sabtu), dengan lokasi utama di Paltuding, kawasan Geopark Ijen.
Menurut dosen Program Studi Kedokteran FIKKIA UNAIR, dr. Muhammad Nazmuddin, MSc, jumlah pendaki Gunung Ijen terus meningkat seiring popularitas fenomena blue fire yang mendunia. Kondisi ini mendorong perlunya identifikasi dini terhadap risiko kesehatan bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
“Field trip ini melatih mahasiswa semester dua Kedokteran FIKKIA untuk berinteraksi langsung dengan wisatawan, sekaligus menumbuhkan kemampuan dalam mengidentifikasi risiko kesehatan,” jelas dr. Nazmuddin.
Mahasiswa melakukan asesmen risiko melalui wawancara dengan pendaki yang hendak memulai perjalanan dari Paltuding, serta mengumpulkan data keluhan kesehatan pascapendakian. Data tersebut menjadi bahan analisis awal terhadap kondisi fisik dan kelayakan pendaki dalam menempuh jalur menuju kawah Ijen.
Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi Pendaki
Selain asesmen, tim dosen dan mahasiswa juga menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan gratis sebagai bentuk pengabdian masyarakat. Pemeriksaan meliputi tanda vital seperti tekanan darah, saturasi oksigen, serta denyut nadi, yang penting untuk menilai kesiapan tubuh sebelum mendaki.
dr. Nazmuddin menyampaikan bahwa saat ini pengelola Taman Wisata Alam (TWA) Ijen, dalam hal ini BKSDA, telah mewajibkan surat keterangan sehat bagi calon pendaki sebagai syarat masuk.
“Langkah ini sangat penting untuk mencegah insiden saat pendakian, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, gangguan jantung, atau masalah pernapasan,” imbuhnya.
Selama kegiatan tersebut, lebih dari 100 wisatawan telah mendapatkan pemeriksaan kesehatan dari tim Kedokteran UNAIR. Hasil sementara dari pengambilan sampel menunjukkan tidak ada kasus tekanan darah tinggi di antara para pendaki yang diperiksa.
Kesehatan, Edukasi, dan Konservasi Berjalan Seiring
Kegiatan ini menjadi model kolaborasi ideal antara pendidikan, pelayanan kesehatan, dan konservasi lingkungan. Selain memberikan pengalaman lapangan langsung kepada mahasiswa, kegiatan ini juga meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya menjaga kesehatan sebelum melakukan aktivitas wisata alam ekstrem seperti pendakian.
Universitas Airlangga melalui FIKKIA berkomitmen untuk terus mendorong keterlibatan mahasiswa dalam program-program berbasis komunitas yang berkelanjutan, relevan dengan tantangan kesehatan masyarakat saat ini. (ret/hdl)