Kisah Inspiratif Rusydan, Penerima Beasiswa LPDP yang Kini Kuliah di University of Edinburgh

1 day ago 16

Surabaya (pilar.id) – Semangat dan tekad kuat untuk memberi dampak nyata bagi lingkungan mengantarkan Muhammad Rusydan Mirwan Hadid, alumnus Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR), menapaki jalur baru dalam dunia akademik.

Kini, ia tengah menempuh pendidikan Magister Environment, Culture, and Society di University of Edinburgh, Skotlandia, melalui Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Perjalanan akademik Rusydan terbilang unik. Ia mengawali karier akademiknya di bidang sastra, namun kini mendalami isu-isu lingkungan global. Dalam wawancaranya, Rusydan mengaku tidak pernah berencana melanjutkan studi pascasarjana.

“Dari awal, saya tidak pernah terpikir untuk lanjut S2,” ujarnya.

Keputusan untuk melanjutkan studi muncul setelah ia terjun dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan menyaksikan langsung persoalan lingkungan di berbagai daerah.

Dari pengalaman itulah, muncul keinginan mendalam untuk mempelajari hubungan antara manusia, budaya, dan alam secara lebih ilmiah.

Ia menegaskan bahwa kunci sukses dalam meraih beasiswa bukan semata kemampuan akademik, tetapi juga mengenali diri sendiri dan memiliki tujuan hidup yang jelas.

“Cintai apa pun yang kamu lakukan dan bertanggung jawablah terhadapnya. Jika dijalani dengan sungguh-sungguh, semua akan menemukan jalannya,” pesan Rusydan kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan studi.

Ekokritik: Titik Balik Perjalanan Akademik

Perubahan minat Rusydan terhadap isu lingkungan bermula dari mata kuliah Ekokritik di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UNAIR. Dari sana, ia mulai memahami bahwa karya sastra bisa menjadi medium untuk menumbuhkan kesadaran ekologis dan nilai kepedulian terhadap alam.

“Di Ekokritik, kami belajar bagaimana sastra dapat membentuk empati terhadap lingkungan. Dari situ, saya merasa terpanggil untuk mendalami isu lingkungan secara lebih luas,” ungkapnya.

Selain itu, pengalamannya sebagai Menteri Koordinator Kemasyarakatan BEM UNAIR turut memperkuat panggilan batinnya. Melalui kegiatan sosial di wilayah Indonesia Timur, Rusydan banyak bersentuhan dengan masyarakat di daerah tertinggal yang menghadapi persoalan lingkungan dan sosial secara langsung.

Kini, di tengah kesibukan studinya di Edinburgh, Rusydan juga aktif dalam dunia aktivisme lingkungan dan budaya. Ia tengah mempersiapkan pemutaran film dokumenter bertajuk “Kenjeran”, yang akan dipresentasikan pada 7 November 2025 mendatang.

Film tersebut merupakan refleksi pribadi tentang kampung halamannya di Kenjeran, Surabaya, tempat di mana ia tumbuh dan menemukan makna keberlanjutan hidup.

“Berangkat dari Kenjeran, pulang pun juga untuk Kenjeran,” tutur Rusydan.

Melalui film ini, ia ingin memperkenalkan kebudayaan dan kearifan lokal Kenjeran kepada dunia, sekaligus menunjukkan bahwa isu lingkungan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial dan budaya masyarakat.

Dengan tekad dan langkah yang konsisten, kisah Rusydan menjadi bukti bahwa lintasan akademik tidak selalu harus lurus. Dari sastra ke lingkungan, dari Kenjeran ke Edinburgh — semua berawal dari satu niat untuk memberi makna dan kontribusi nyata bagi bumi dan manusia. (ret)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |