Menakar dilema penambahan RTH dan prostitusi ruang terbuka di Jakarta

16 hours ago 11

Jakarta (ANTARA) - Prostitusi liar di ruang terbuka di wilayah Jakarta menjadi topik yang santer dibicarakan belakangan ini. Bukan saja lantaran aktivitas haram itu tak tumpas oleh berkali-kali penertiban, tetapi bagaimana praktik itu dilakukan tepat di pinggir jalan-jalan arteri.

Sederet aktivitas prostitusi liar yang tak lekang dimakan zaman, seperti di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jalan Tubagus Angke dan Gang Royal, Tambora, barangkali sudah menjadi topik klasik.

Baru-baru ini, muncul lagi prostitusi sesama jenis (gay) di taman Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Dua orang pelaku prostitusi di lokasi tersebut pun sempat diamankan petugas.

Fenomena ini memunculkan sejumlah pertanyaan terkait fungsi sebenarnya ruang terbuka, efektifitas penertiban serta kontrol sosial, menyusul prostitusi dilakukan terang-terangan di ruang terbuka.

Lebih jauh, praktik gelap yang keras kepala itu masih mengiang di tengah penambahan RTH di wilayah Jakarta. Publik bertanya, apakah penambahan RTH menjadi kesempatan baru bagi oknum pelaku untuk ekspansi praktiknya?

Pertanyaan ini menjadi relevan mengingat penertiban prostitusi liar di satu lokasi, seperti Kalijodo, hanya akan membuat praktik itu "bergeser" mencari suaka baru.

Kilas balik

Ikhtiar pemberantasan prostitusi liar pernah dilakukan pada pertengahan 2025. Saat itu, ratusan personel Satpol PP Jakbar dikerahkan untuk menjaring pekerja seks komersial (PSK) ilegal yang beroperasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jalan Tubagus Angke.

Lokasi itu sempat viral pada pertengahan 2024, lantaran ditemukannya kondom atau alat kontrasepsi yang berserakan di sepanjang RTH tersebut.

Penertiban dilakukan menjelang tengah malam, waktu para PSK beroperasi memburu pelanggan. Tidak butuh waktu lama, segera setelah tiba di lokasi, petugas menemukan sejumlah target.

Sejumlah PSK pun diamankan dan dimasukkan ke dalam mobil Satpol PP untuk dibawa ke kantor dinas sosial setempat.

Beberapa dari PSK yang dijaring sempat menangis histeris dan berusaha kabur dari penertiban petugas, namun akhirnya tetap berhasil diamankan.

"Saya sudah punya dua anak Pak, sudah punya anak," teriak seorang PSK yang kabur dan terjatuh di tengah lalu lintas Jalan Tubagus Angke.

Selain itu, lebih dari tiga tenda nonpermanen yang terbuat dari terpal dan sanggaan tongkat kayu juga berjejer di sepanjang RTH Tubagus Angke.

Tenda-tenda yang digunakan oleh para PSK untuk melayani para pelanggan itu hampir tidak terlihat pada malam hari, lantaran lampu jalan yang redup, ditambah dengan rimbunnya pepohonan RTH yang menyamarkan keberadaan tenda-tenda liar tersebut.

Tenda-tenda itu nampaknya cukup kuat, meskipun diterpa angin malam lantaran diikatkan pada pepohonan RTH.

Usai mengamankan para PSK, petugas membongkar tenda-tenda ruang prostitusi liar tersebut dan mengamankan terpalnya.

Semakin mendekati tengah malam, dengan kondisi kendaraan pengangkut yang masih lowong, penertiban PSK berlanjut ke area Gang Royal (perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta Utara).

Lokasi itu merupakan lahan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI). Prostitusi pun dilakukan pada lapak-lapak yang berada tepat di pinggir rel kereta api. Saat tiba di lokasi, petugas Satpol PP segera turun dari mobil keranjang dan menerjang para PSK yang tengah bersantai menunggu pelanggan.

Melihat kedatangan petugas, puluhan PSK berlari untuk kabur dari penertiban. Sebagian dari mereka berlarian tak tentu arah melewati rel kereta api, sebagian lagi berdesakan memasuki salah satu ruangan bagian tengah bangunan panjang di atas lahan milik PT KAI tersebut.

Ruangan itu tampaknya memiliki lantai bawah yang terhubung dengan pintu menuju Gang Royal, akses keluar para PSK untuk kabur dari petugas.

Dari roman wajah para PSK yang berdesakan memasuki ruangan tersebut, tampak mereka berusia remaja hingga lansia. Mereka pun kesal dengan sorotan kamera para awak media.

"Aduh, kenapa divideoin, kenapa divideoin," kata para PSK sambil menutup wajah mereka.

Beberapa PSK yang berhasil mencapai jalanan pun beramai-ramai melompati pagar untuk segera menjauh dari kejaran petugas.

Tidak hanya itu, sejumlah pria berpakaian sipil juga nampak berusaha melindungi para PSK dan mengarahkan mereka menuju akses keluar dari lokasi prostitusi di pinggir rel kereta tersebut.

Adu mulut antara pria-pria pelindung PSK dengan awak media pun sempat terjadi.

"Woe, kenapa divideoin. Hapus enggak videonya," kata salah satu pria dengan nada tinggi.

Seketika pria itu menjauh, bergabung bersama para PSK yang berusaha kabur dan seketika menghilang dari lokasi.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |