Charlotte (pilar.id) – Dalam musim yang penuh tantangan, Charlotte Hornets menemukan sosok pemimpin di dalam dan luar lapangan lewat performa dan mentalitas tangguh dari Miles Bridges.
Di tengah jadwal padat NBA yang mencapai 82 pertandingan per musim, Bridges menjadi pemain yang paling sering dijadikan tumpuan oleh rekan-rekannya, terutama saat tim dilanda badai cedera dan kesulitan performa.
“Musim ini memaksa saya untuk berkembang sebagai pemimpin dengan segala bentuk kesulitan yang kami hadapi,” ujar Bridges usai laga kontra Denver pada 1 Februari. “Saya tetap punya pola pikir positif. Inilah alasan saya kembali ke Hornets. Saya percaya tim ini bisa jadi tim playoff suatu hari nanti.”
Setelah absen dalam 13 dari 24 pertandingan awal musim karena cedera lutut ringan, Bridges bermain dalam 53 dari 55 laga berikutnya.
Selama periode 7 Januari hingga 14 Maret, ia mencatat rata-rata 23,8 poin dengan akurasi 45,9 persen, 7,9 rebound, dan 4,1 assist per pertandingan. Pencapaian tertingginya musim ini termasuk triple-double pertamanya pada 3 Februari dan rekor pribadi 46 poin pada 7 Maret.
Bridges menutup musim dengan rata-rata 20,3 poin per gim dengan 43,1 persen akurasi tembakan, serta rekor karier tertinggi dalam rebound (7,5), assist (3,9), dan usage rate sebesar 27,3 persen dari total 64 pertandingan.
Ia menjadi pemain pertama dalam sejarah Hornets yang mencetak rata-rata minimal 20 poin, 7 rebound, dan 3 assist dalam tiga musim berbeda.
Namun lebih dari sekadar statistik, kontribusi terbesar Bridges ada pada perannya sebagai pemimpin ruang ganti. Meski Hornets dilanda krisis cedera, terutama di pertengahan musim, ia tetap hadir dengan semangat dan konsistensi, memotivasi pemain muda seperti Tidjane Salaün, KJ Simpson, dan Nick Smith Jr.
“Menjadi pemimpin itu mudah saat tim menang, tapi tantangan sesungguhnya adalah saat kita sedang kesulitan,” ungkap Bridges.
“Saya harus tetap konsisten dalam hal kepemimpinan, bahkan ketika permainan saya tidak maksimal. Para pemain muda kami luar biasa karena mampu beradaptasi di situasi sulit,” katanya lagi.
Pelatih kepala Hornets, Charles Lee, juga memuji kontribusi sang forward berusia 26 tahun.
“Kami beruntung memilikinya. Dia memberikan semangat setiap saat, menjadi panutan di time-out, hingga mengambil tanggung jawab untuk menjaga pemain seperti Kawhi Leonard dan James Harden,” jelas Lee.
Kehadiran Bridges sebagai “perpanjangan tangan” pelatih di lapangan sangat penting, terlebih Hornets adalah tim dengan rata-rata pengalaman NBA terendah keenam musim ini, yakni hanya 3,83 tahun.
Ke depan, Bridges yakin Hornets punya banyak ruang untuk berkembang. “Kami harus bermain lebih cerdas di momen-momen penting. Menyaksikan pertandingan playoff bersama bisa jadi cara untuk belajar. Saya ingin Charlotte jadi tim playoff tahunan dan penantang gelar,” tegasnya.
Ia bahkan merencanakan latihan intensif selama musim panas demi memastikan seluruh tim punya visi yang sama.
Dalam musim yang bisa saja membuat tim lain menyerah lebih awal, kehadiran Miles Bridges membuat Hornets tetap solid hingga akhir musim.
Perannya sebagai pemimpin veteran bukan hanya terlihat dari angka statistik, tetapi juga dari bagaimana ia menjaga semangat dan fokus rekan satu tim di masa-masa paling sulit. (ret/hdl)