Harga Tomat Anjlok, Gubernur Khofifah Ajak Bupati dan Wali Kota Jatim Serap Panen Petani

1 week ago 36

Madiun (pilar.id) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, meminta seluruh bupati dan wali kota di Jatim untuk menyerap langsung hasil panen tomat petani di daerah masing-masing. Langkah ini dinilai penting untuk menstabilkan harga tomat yang tengah anjlok akibat over supply.

Ajakan tersebut disampaikan Khofifah saat melakukan penyerapan 1,3 ton tomat di Desa Kare, Kabupaten Madiun, Jumat (26/9/2025).

“Satu yang menyebabkan deflasi di 14 kabupaten/kota itu adalah tomat. Saat ini tomat di Jatim over supply. Untuk itu, saya minta bupati/wali kota ikut menyerap hasil panen di daerahnya. Tomat bisa dijadikan jus untuk siswa PAUD, TK, maupun SD. Jus tomat sehat bagi anak-anak,” ujar Khofifah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Timur mengalami deflasi bulanan (month-to-month) sebesar 0,10 persen pada Agustus 2025, dari 108,76 pada Juli menjadi 108,65. Dari 14 kabupaten/kota yang tercatat mengalami deflasi, tomat menjadi penyumbang utama setelah harga di tingkat petani jatuh hingga Rp2.000 per kilogram.

Khofifah menegaskan, jika bupati dan wali kota ikut menyerap panen tomat di wilayahnya, harga di tingkat petani akan segera pulih. “Kalau dibagi ke PAUD, TK, SD untuk dijadikan jus tomat, itu bukan hanya menolong petani tapi juga menyehatkan anak-anak. Saya membayangkan hari Senin anak-anak masuk sekolah sudah bisa menikmati jus tomat segar. Sederhana, tapi bisa memberi dampak besar,” tambahnya.

Dalam aksi serap panen di Desa Kare, Gubernur membeli tomat dengan harga Rp4.000 per kilogram, jauh di atas harga lahan yang hanya Rp2.000/kg. Langkah ini diharapkan mampu mendorong penetrasi harga sekaligus memberikan semangat baru bagi petani.

Upaya serupa sebelumnya juga pernah dilakukan Khofifah, di antaranya saat terjadi over supply bawang merah di Nganjuk, serta penurunan harga beras di Bojonegoro dan Lamongan.

“Sekarang kasusnya tomat. Dari hasil identifikasi, tomat di Desa Kare yang siap dipanen mencapai sekitar 1,3 ton. Kalau di lahan harganya Rp2.000 per kilo, saya serap Rp4.000 per kilo. Ini langkah sederhana tapi bisa mendorong harga kembali normal dan memberi semangat petani,” tegasnya.

Sementara itu, Suyatno, penggerak petani di Desa Kare, mengaku para petani sangat terdampak oleh jatuhnya harga tomat dalam dua bulan terakhir.

“Bulan Juni harga tomat masih Rp5.000 per kilo, tapi Agustus turun drastis jadi Rp2.000 per kilo. Ini karena banyak petani menanam bersamaan sehingga panen melimpah, tapi daya serap pasar terbatas. Harga jatuh dan kami yang paling merasakan beratnya,” jelas Suyatno.

Ia menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Khofifah yang turun langsung membantu petani. “Kami merasa sangat terbantu. Kalau bupati dan wali kota ikut bergerak, kami yakin harga bisa cepat normal. Terima kasih kepada Ibu Khofifah yang selalu memikirkan nasib petani,” pungkasnya. (rio)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |