Mahasiswa FPK UNAIR Ikuti Internship di Malaysia, Perkuat Kolaborasi Global Menuju Ekonomi Biru

1 week ago 39

Surabaya (pilar.id) – Enam mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (UNAIR) mengikuti Internship International Program (IIP) di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM).

Program yang berlangsung selama dua pekan dan berakhir pada Ahad (14/9/2025) ini menjadi ajang memperluas wawasan global sekaligus memperkuat kolaborasi akademik lintas negara.

Peserta program terdiri atas dua tim. Tim pertama diisi oleh Tirsa Ruthdita Puspita Sari, Lintang Fitrasasi Maharani, dan Mercia Meixi, sedangkan tim kedua beranggotakan M. Arka Samsul Dzaky, Ahmad Hasrum, dan Edo Rizky Pratama Rajagukguk.

Fokus pada Bakteri Laut, Mikroalga, dan DNA Ikan

Selama di UKM, para mahasiswa memusatkan penelitian pada tema besar mengenai bakteri laut, mikroalga, dan DNA ikan. Tirsa menuturkan bahwa pengalaman ini memberikan ilmu baru yang belum pernah mereka peroleh sebelumnya.

“IIP di UKM ini benar-benar menjadi kesempatan dalam menambah pengalaman dan ilmu baru,” ujarnya.

UKM turut memberikan materi persiapan sebelum pelaksanaan IIP. Menurut Tirsa, tahun ini proses pendaftaran cukup sederhana karena kuota peserta lebih longgar dibandingkan tahun sebelumnya.

Di laboratorium, mahasiswa UNAIR mendapat kesempatan praktik intensif dengan fasilitas penelitian yang lebih canggih. Selain itu, mereka juga mengikuti praktikum lapang berupa eksplorasi biota laut bersama dosen dan peneliti UKM.

Tantangan dan Adaptasi Budaya

Pengalaman di luar negeri tak lepas dari tantangan. Lintang menjelaskan bahwa mereka harus terbiasa menggunakan transportasi umum sehingga disiplin dan manajemen waktu menjadi kunci. Kendala bahasa juga muncul karena sebagian besar masyarakat Malaysia lebih fasih menggunakan bahasa Melayu daripada bahasa Inggris.

“Tapi itu bisa diatasi dengan komunikasi non-verbal,” tambahnya.

Selain sisi akademik, peserta juga merasakan perbedaan budaya sehari-hari. Ahmad mencontohkan perbedaan kuliner yang tidak mengenal istilah menu khas daerah. Bahkan, makanan ringan seperti sate atau nugget tetap disebut makan meskipun tanpa nasi. Di bidang lalu lintas, penggunaan klakson di Malaysia sangat jarang, hanya ketika kondisi benar-benar kacau.

Momen Tak Terlupakan

Salah satu pengalaman paling berkesan adalah Intertidal Nightwalk, yaitu eksplorasi biota laut pada malam hari dengan hanya berbekal senter.

“Intertidal nightwalk menjadi pengalaman tak terlupakan,” kata Lintang.

Selain itu, peserta menyebut program ini membuka peluang untuk melanjutkan studi magister di UKM. Mereka mendorong mahasiswa lain agar berani mencoba pengalaman serupa.

“Jangan stuck di zona nyaman, kembangkan diri melalui eksplorasi hal baru. Capeknya akan terbayar, bahkan hasilnya lebih dari yang dibayangkan,” pungkas Ahmad.

Dengan pengalaman internasional ini, mahasiswa FPK UNAIR diharapkan mampu memperkuat jejaring global sekaligus mendukung visi ekonomi biru Indonesia melalui riset dan kolaborasi lintas universitas. (rio)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |