Pemkot Surabaya Ajak Ribuan Warga Bersihkan Pantai Tambak Wedi di World Cleanup Day

1 week ago 38

Surabaya (pilar.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar aksi bersih-bersih massal di Pantai Tambak Wedi, Kenjeran, pada Sabtu (20/9/2025). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati World Cleanup Day (WCD) 2025 dan diikuti sekitar 1.500 peserta dari berbagai elemen masyarakat.

Peserta aksi berasal dari unsur TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN), komunitas, hingga Kader Surabaya Hebat (KSH). Mereka dibagi ke dalam empat zona pembersihan, mulai dari kawasan pantai, area sekitar Jembatan Suramadu, hingga Pantai Batu-batu.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya, Dedik Irianto, menjelaskan kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh kabupaten/kota di Indonesia sesuai arahan Menteri Lingkungan Hidup.

“Ini kerja bakti serentak dalam rangka memperingati World Cleanup Day 2025. Tujuannya mengingatkan masyarakat bahwa kondisi bumi sedang tidak baik-baik saja akibat pencemaran, terutama sampah plastik,” kata Dedik.

Ia menambahkan, lebih dari 80 persen oksigen yang dihirup manusia berasal dari plankton laut, sehingga kebersihan laut sangat penting untuk dijaga. Karena itu, aksi ini juga berfungsi sebagai edukasi publik agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.

Dedik menegaskan pihaknya terus melakukan penindakan terhadap warga yang membuang sampah sembarangan, namun kesadaran masyarakat tetap menjadi kunci. “Ayo kurangi sampah dari diri kita sendiri. Kalau di hilir sudah terlambat penanganannya, maka kita harus mulai dari hulu, yaitu kebiasaan sehari-hari,” ujarnya.

Ia mencontohkan, warga bisa bijak dalam membeli makanan atau barang agar tidak menimbulkan sampah berlebihan. DLH Surabaya juga mendorong masyarakat mengurangi penggunaan popok sekali pakai dan beralih ke popok kain sebagai solusi ramah lingkungan.

Sementara itu, pegiat lingkungan sekaligus pendiri Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan (Ecoton), Prigi Arisandi, menegaskan bahwa Indonesia saat ini menempati posisi ketiga pencemar plastik terbesar dunia setelah India dan Nigeria. Surabaya yang berada di hilir Sungai Brantas disebut sebagai salah satu hotspot pencemaran mikroplastik.

“Sampah dari Malang, Batu, dan 16 kota lain bermuara di Surabaya, khususnya di Tambak Wedi, Wonorejo, dan Wonokromo. Ini pekerjaan rumah besar bagi Surabaya,” kata Prigi.

Ia mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya yang berani membatasi penggunaan plastik sekali pakai, mulai dari tas kresek, sedotan, styrofoam, sachet, hingga botol kemasan. Menurutnya, bahaya mikroplastik sangat nyata karena dapat masuk ke tubuh manusia melalui udara dan mencemari organ vital, bahkan janin dalam kandungan.

“Aksi ini luar biasa, semua orang terlibat, dari masyarakat, komunitas, TNI, Polri hingga ASN. Problem sampah adalah problem bersama yang harus ditangani dengan gotong royong,” ujarnya.

Prigi berharap masyarakat Surabaya semakin sadar untuk mengurangi produksi sampah dan tidak menggunakan plastik sekali pakai. “Jangan biarkan sampah plastik menumpuk dan membanjiri kota, karena itu bisa mengancam kesehatan dan masa depan generasi berikutnya,” tegasnya. (rio)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |