Jakarta (pilar.id) – Layanan internet satelit milik SpaceX, Starlink, mengalami salah satu gangguan terbesar secara global pada Kamis (25/7), ketika kegagalan sistem perangkat lunak internal membuat puluhan ribu pengguna kehilangan koneksi internet selama lebih dari dua jam.
Gangguan mulai dirasakan sekitar pukul 15.00 waktu setempat (EDT) atau pukul 19.00 GMT. Menurut Downdetector, sebuah platform pemantau gangguan berbasis crowdsourcing, lebih dari 61.000 laporan dari pengguna dilaporkan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Eropa.
Starlink kemudian mengakui adanya gangguan melalui akun resmi di platform X (sebelumnya Twitter), dan menyatakan bahwa pihaknya “sedang mengimplementasikan solusi” untuk memulihkan layanan.
Setelah sekitar 2,5 jam, layanan Starlink berhasil dipulihkan. Michael Nicolls, Wakil Presiden Starlink Engineering, menjelaskan bahwa penyebab gangguan adalah kegagalan pada layanan perangkat lunak inti yang menjalankan jaringan utama Starlink.
“Kami mohon maaf atas gangguan ini dan sedang menyelidiki akar penyebabnya agar kejadian serupa tidak terulang,” tulis Nicolls di akun X miliknya.
CEO SpaceX, Elon Musk, juga menyampaikan permintaan maaf secara langsung dan berjanji akan segera menyelesaikan masalah fundamental yang menjadi pemicu gangguan tersebut.
“Maaf atas gangguan ini. SpaceX akan segera mengatasi penyebab utamanya agar tidak terjadi lagi,” tulis Musk.
Spekulasi dan Analisis Ahli
Gangguan ini menjadi pukulan langka bagi Starlink, yang selama ini dikenal sebagai layanan internet satelit yang tangguh dan berkembang pesat secara global. Gangguan tersebut menimbulkan spekulasi di kalangan ahli, apakah disebabkan oleh kesalahan pembaruan perangkat lunak, serangan siber, atau kerusakan sistem internal.
Doug Madory, analis dari perusahaan pemantau internet Kentik, mengatakan bahwa skala gangguan kali ini sangat luas dan jarang terjadi di jaringan satelit Starlink.
“Ini kemungkinan adalah gangguan terlama yang pernah dialami Starlink sejak menjadi penyedia layanan besar,” ujar Madory.
Starlink: Jaringan Satelit yang Sedang Naik Daun
Sejak diluncurkan pada 2020, SpaceX telah mengorbitkan lebih dari 8.000 satelit Starlink untuk membentuk jaringan terdistribusi di orbit rendah Bumi. Layanan ini kini memiliki lebih dari 6 juta pengguna aktif di sekitar 140 negara dan wilayah.
Starlink menjadi pilihan utama di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan internet berbasis serat optik. Selain konsumen umum, jaringan ini juga banyak dimanfaatkan oleh militer, sektor transportasi, serta lembaga pemerintahan di berbagai negara.
Gangguan kali ini menjadi pengingat akan pentingnya sistem redundansi dan ketahanan perangkat lunak di infrastruktur komunikasi global, terlebih bagi layanan yang kini semakin vital seperti Starlink. (ret/ted)