Jakarta (pilar.id) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap penyakit chikungunya, infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit ini ditandai dengan demam mendadak disertai nyeri sendi parah yang dapat berlangsung berhari-hari hingga berbulan-bulan.
Nama chikungunya berasal dari bahasa Kimakonde di Tanzania selatan yang berarti yang membungkuk, merujuk pada postur tubuh penderita yang kesakitan akibat nyeri sendi.
Virus chikungunya (CHIKV) pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada 1952 dan sejak itu menyebar ke lebih dari 110 negara di Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa.
Cara Penularan
Nyamuk betina yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus, menjadi vektor utama. Kedua spesies ini juga diketahui menyebarkan virus dengue dan Zika. Mereka biasanya menggigit di siang hari, dengan puncak aktivitas pada pagi dan sore hari.
Gejala dan Risiko
Gejala chikungunya muncul 4–8 hari setelah gigitan, namun dapat berkisar antara 2–12 hari. Penyakit ini jarang berakibat fatal, tetapi nyeri sendi yang ditimbulkan bisa melemahkan penderitanya.
Gejala umum meliputi:
- Demam mendadak
- Nyeri sendi dan otot
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Ruam kulit
Sebagian besar penderita pulih sepenuhnya, namun komplikasi pada mata, jantung, atau sistem saraf dapat terjadi, terutama pada bayi baru lahir, lansia, dan orang dengan penyakit bawaan.
Diagnosis dan Pengobatan
Hingga kini belum ada obat antivirus khusus untuk chikungunya. Penanganan berfokus pada pereda gejala, seperti obat penurun panas dan pereda nyeri, serta asupan cairan yang cukup.
WHO menegaskan, obat seperti aspirin atau NSAID tidak boleh diberikan sampai infeksi dengue dapat disingkirkan untuk menghindari risiko perdarahan.
Pencegahan dan Vaksin
Pencegahan mengandalkan pengendalian populasi nyamuk dengan:
- Menghilangkan genangan air sebagai tempat berkembang biak nyamuk.
- Menggunakan kelambu, kawat kasa pada jendela dan pintu.
- Memakai pakaian yang menutupi kulit saat berada di daerah endemis.
- Menggunakan obat nyamuk yang mengandung DEET, IR3535, atau icaridin.
Saat ini terdapat dua vaksin chikungunya yang telah mendapat persetujuan di beberapa negara, namun distribusinya masih terbatas.
WHO bersama pakar eksternal tengah mengkaji data uji klinis dan pemakaian pasca-izin edar untuk menentukan rekomendasi penggunaannya secara global. (ret/hdl)
Summary Points
- Chikungunya disebabkan oleh virus RNA dari genus Alphavirus, ditularkan nyamuk Aedes.
- Gejala utama: demam mendadak dan nyeri sendi yang bisa berlangsung lama.
- Penyakit telah menyebar ke lebih dari 110 negara.
- Belum ada obat antivirus khusus, pengobatan fokus pada pereda gejala.
- Pencegahan meliputi pengendalian nyamuk dan perlindungan diri dari gigitan.
- Dua vaksin telah disetujui di beberapa negara, distribusi masih terbatas.