Jakarta (pilar.id) – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, menegaskan pentingnya koperasi sebagai pilar utama ekonomi berkeadilan dalam upaya mewujudkan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara. Hal tersebut ia sampaikan dalam Sarasehan dan Temu Bisnis Hari Koperasi ke-78 yang digelar secara hybrid dari Kantor Badan Penghubung Daerah Jatim di Jakarta.
“Kalau ingin pertumbuhan ekonomi menyentuh semua lapisan masyarakat, koperasi harus jadi tumpuan. Itu bagian dari upaya kita membuka jalan Jawa Timur menjadi gerbang baru Nusantara,” ujar Emil.
Menurut Emil, meskipun Jawa Timur telah menjadi pusat manufaktur nasional dan menyumbang hingga 20 persen dari total volume perdagangan Indonesia, pembangunan ekonomi ke depan tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan top-down. Koperasi, sebagai lembaga ekonomi kerakyatan, justru menjadi kunci pemerataan dan keadilan ekonomi.
Koperasi sebagai Penguat Ekonomi dari Bawah
Emil menekankan bahwa ketika pembangunan nasional didorong ke luar Pulau Jawa, bahan baku yang selama ini diolah di Jawa Timur akan semakin terbatas. Oleh karena itu, Jawa Timur harus siap menjadi pusat produksi bernilai tambah tinggi, dan koperasi memainkan peran penting dalam skema pembangunan tersebut.
“Kita harus naik kelas. Untuk menjadi provinsi unggul, kita perlu perkuat SDM, infrastruktur, dan membangun ekosistem ekonomi yang mumpuni,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa pembangunan kawasan industri dan infrastruktur tidak boleh meninggalkan prinsip ekonomi kerakyatan. Justru koperasi perlu dijadikan simpul penghubung antara industri besar dan masyarakat luas.
“Koperasi jangan dianggap sektor yang berdiri sendiri. Kita harus menyambungkan kekuatan industri besar dengan koperasi agar tercipta dua jalur ekonomi yang saling menopang,” ujar Emil.
Penguatan Ekonomi Desa Melalui Koperasi Merah Putih
Salah satu inisiatif strategis yang diangkat Emil adalah program Koperasi Desa Merah Putih, yang ditujukan untuk menggerakkan ekonomi desa dan memastikan distribusi manfaat pembangunan secara merata.
“Kalau ekonomi desa matang, daya beli masyarakat meningkat. Mereka akan menyerap produk dan jasa dari industri yang kita bangun. Koperasi akan jadi simpul yang menjembatani kekuatan industri dan kekuatan rakyat,” ungkapnya.
Ia juga mencontohkan praktik di negara maju seperti Inggris dan Singapura, di mana koperasi pertanian maupun ritel menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
Dalam kesempatan tersebut, Emil turut memaparkan strategi ganda Jawa Timur sebagai pusat perdagangan sekaligus manufaktur nasional. Hal ini tercermin dari misi dagang yang dilakukan ke berbagai daerah, termasuk yang terbaru di Sorong, Papua Barat Daya, dengan transaksi mencapai 500 miliar Rupiah. Gubernur Khofifah Indar Parawansa sendiri mencetak capaian 1 triliun Rupiah dalam misi dagang di NTB.
“Semua itu untuk membuka akses seluas-luasnya bagi produk Jawa Timur,” jelas Emil.
Menutup pernyataannya, Emil menekankan pentingnya sinergi antara kekuatan industri dan koperasi dalam membangun ekonomi yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Ia menggambarkan industri sebagai lokomotif, sementara koperasi sebagai roda penggerak di tiap gerbong pembangunan.
“Kalau keduanya berjalan bersama, maka Jawa Timur benar-benar siap menjadi Gerbang Baru Nusantara yang adil, tangguh, dan merata,” pungkasnya. (rio/ted)