Pasuruan (prapanca.id) – Dusun Bakalan di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, mungkin selama ini dikenal sebagai desa yang tenang dengan aliran sungai yang membelah wilayahnya.
Namun, pada Juli 2025, suasana desa tersebut berubah menjadi lebih hidup berkat kehadiran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Dengan membawa semangat kolaborasi dan pemberdayaan, mereka memperkenalkan program kerja yang tidak hanya menyentuh aspek ekonomi warga, tetapi juga menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
Segala inisiatif dimulai dari sebuah kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan pada awal Juli. Bertempat di sekitar hilir sungai, mahasiswa memperkenalkan gagasan utama mereka kepada warga dengan membangun keramba ikan sebagai bentuk pemanfaatan potensi lokal.
Dalam pemaparan itu, mahasiswa menunjukkan bahwa desa memiliki sumber daya yang sangat mungkin dikembangkan, terutama dari sektor perikanan.
Aliran sungai yang deras, serta potensi budidaya ikan seperti nila, lele, dan koi, menjadi dasar yang kuat untuk menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan yang lebih produktif.
Masyarakat, khususnya para pemuda, merespons dengan antusias. Banyak di antara mereka yang tertarik dan ingin belajar cara budidaya ikan secara mandiri, sekaligus menjaga lingkungan sekitarnya.
Setelah sosialisasi, tahap selanjutnya adalah pembangunan fisik keramba yang dilaksanakan pada tanggal 5 dan 6 Juli 2025. Mahasiswa dan warga bersama-sama membangun keramba dari bambu dan galvalum, dengan ukuran yang disesuaikan terhadap lebar sungai.
Jaring turut dipasang untuk menjaga ikan agar tidak keluar dari area budidaya. Semua proses dilakukan dengan semangat gotong royong, dimulai dari pembersihan sungai, pemotongan bahan, hingga pemasangan struktur keramba.
Tidak sekadar membangun fasilitas, namun momen ini juga mempererat hubungan antara mahasiswa dan warga.
Pada tanggal 7 Juli 2025, sebanyak 1.500 benih ikan nila berukuran 5–7 cm ditebar ke dalam keramba. Benih tersebut dibeli langsung dari kota, dan mulai diberi pakan sebanyak dua kali sehari masing-masing 100 gram.
Harapannya, dalam beberapa bulan ke depan, hasil panen dapat menjadi tambahan konsumsi rumah tangga atau bahkan sumber pendapatan baru bagi masyarakat sekitar. Program ini dirancang tidak untuk berhenti di masa KKN saja, tetapi dapat terus dirawat dan dikembangkan oleh warga secara mandiri.
Program ini lebih bernilai ketika semangat keberlanjutan dan kesadaran lingkungan yang menyertainya. Mahasiswa KKN UINSA tidak hanya membangun keramba sebagai alat ekonomi, tetapi juga menyisipkan nilai edukatif yang selaras dengan visi komunitas Sekolah Sungai.Kurikulum
sekolah sungai ini digagaskan sebagai respons terhadap kondisi sungai yang semakin tercemar. Sekolah Sungai tidak memiliki bangunan fisik atau ruang kelas formal. Kurikulum ini bergerak langsung ke masyarakat, melakukan sosialisasi lingkungan dengan cara memberikan edukasi ke Sekolah Dasar.
Anggota Sekolah Sungai menyadari bahwasanya menjaga sungai tidak cukup hanya dengan aksi fisik. Kesadaran masyarakat adalah kunci, Itulah sebabnya mereka turut mengedukasi pentingnya menjaga lingkungan secara menyeluruh.
“Sekolah Sungai ini kami adakan untuk menumbuhkan rasa sayang terhadap lingkungan, terutama sungai,” kata Midya, anggota Kelompok KKN 34 UINSA Surabaya.
Hadirnya program keramba ikan dan nilai-nilai dari Sekolah Sungai di Dusun Bakalan bukan hanya menghadirkan harapan ekonomi, akan tetapi juga membentuk budaya baru yakni budaya yang mengakar pada kemandirian, kepedulian lingkungan, dan kerja sama.
Mahasiswa KKN UINSA berhasil menunjukkan bahwa sungai tidak hanya bisa mengalirkan air, tetapi juga bisa mengalirkan semangat, rezeki, dan kesadaran. Semoga, dari aliran sungai itulah, lahir masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Dusun Bakalan. (ret/hdl)