PBB Serukan Industri AI Gunakan Energi Terbarukan untuk Kurangi Konsumsi Listrik Global

3 weeks ago 27

New York (pilar.id) – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan kepada industri kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk segera beralih ke energi terbarukan dalam menjalankan pusat data (data center) mereka yang semakin haus energi.

Pernyataan ini disampaikan pada Selasa (22/7) dalam konferensi pers di Markas Besar PBB, menyusul kekhawatiran terhadap lonjakan konsumsi listrik akibat pertumbuhan pesat teknologi AI global.

“Satu pusat data AI mengonsumsi listrik setara dengan 100.000 rumah,” tegas Guterres. Ia menambahkan bahwa dalam waktu dekat, pusat data terbesar akan mengonsumsi 20 kali lipat dari kebutuhan saat ini. Jika tidak diantisipasi, pada tahun 2030, total konsumsi listrik pusat data global diprediksi akan setara dengan seluruh konsumsi listrik Jepang saat ini.

AI Berpotensi Bantu, Tapi Juga Boros Energi

Guterres menyatakan bahwa meskipun AI memiliki potensi besar dalam mendorong efisiensi, inovasi, dan ketahanan sistem energi, industri ini juga dikenal sangat boros listrik.

“Teknologi ini bisa menjadi bagian dari solusi. Tapi saat ini, ia juga bagian dari masalah,” ujarnya.

Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh PBB, diketahui bahwa pusat data menyumbang 1,5 persen dari konsumsi listrik global. Angka tersebut diprediksi akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 jika tidak ada langkah konkret menuju efisiensi dan keberlanjutan.

Target 100 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Untuk menjawab tantangan ini, Sekjen PBB menyerukan agar seluruh perusahaan teknologi besar menargetkan penggunaan 100 persen energi terbarukan untuk seluruh data center paling lambat tahun 2030.

“Sektor teknologi harus memimpin. Saya menyerukan agar seluruh pusat data menggunakan energi bersih dan terbarukan sepenuhnya pada 2030,” tegas Guterres.

Ajakan ini juga menjadi bagian dari agenda iklim PBB yang lebih luas untuk mendorong transformasi hijau di berbagai sektor industri, terutama yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan.

Transformasi Digital yang Ramah Lingkungan

Seruan dari PBB ini menjadi alarm penting bagi perusahaan teknologi di tengah tren global digitalisasi dan perkembangan AI. Di satu sisi, AI membawa kemajuan revolusioner di berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, dan ekonomi; namun di sisi lain, biaya lingkungan yang ditimbulkan tidak bisa diabaikan.

Tanpa strategi transisi energi yang serius, lonjakan konsumsi daya dari pusat data dapat memperburuk krisis iklim yang sudah berlangsung.
Penutup

Pernyataan tegas dari Sekjen PBB menegaskan bahwa masa depan teknologi tidak hanya ditentukan oleh inovasi, tetapi juga oleh tanggung jawab terhadap planet ini. Industri AI diharapkan bisa menjadi bagian dari solusi keberlanjutan, bukan penyumbang baru dalam masalah lingkungan global. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |